Selasa, 08 Juni 2010

INGIN ANAK YANG CERDAS DAN KREATIF ?

Orang tua mana yang tidak ingin punya anak yang anak yang cerdas dan kreatif. Semua orang tua dapat melakukannya jika mau mementingkan dan mengutamakan kebutuhan dan kepentingan anak mulai dari sejak dalam kandungan dan seterusnya.

Kecerdasan multiple adalah berbagai jenis kecerdasan yang dapat dikembangkan pada anak , antara lain ; kemampuan menguraikan pikiran dalam kalimat – kalimat , presentasi , pidato , diskusi. Kemampuan menggunakan logika matematik dalam memecahkan berbagai masalah. Kemampuan berpikir tiga dimensi, kemampuan memahami dan mengendalikan diri sendiri. Ketrampilan gerak , menari , dan olah raga. Kepekaan dan kemampuan berekspresi dengan bunyi , nada , melodi , dan irama. Kemampuan memahami dan memanfaatkan lingkungan.

Kecerdasan multiple dipengaruhi 2 faktor utama yang saling terkait yaitu faktor keturunan (bawaan , genetic ) dan faktor lingkungan. Seorang anak dapat mengembangkan berbagai kecerdasan dengan dasar faktor keturunan dan dengan rangsangan terus menerus oleh faktor lingkungan.

Jangan kuatir untuk orang tua yang kebetulan tidak berkesempatan mengikuti pendidikan tinggi ( belum tentu tidak cerdas, mungkin karena tidak ada kesempatan atau hambatan ekonomi) anaknya bisa cerdas jika dicukupi kebutuhan untuk pengembangan kecerdasan sejak di dalam kandungan sampai usia sekolah dan remaja.

Apa saja yang harus disiapkan?

Tiga kebutuhan pokok yang harus disiapkan untuk menbentuk kecerdasan , yaitu ;

kebutuhan fisik-biologis terutama gizi yang baik sejak dalam kandungan sampai remaja , pencegahan dan pengobatan penyakit yang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan ketrampilan fisik untuk melakukan aktivitas sehari – hari.

Kebutuhan kasih sayang yang memberikan rasa aman, terlindungi , dihargai , dan diperhatikan.

Kebutuhan akan stimulasi, sedini mungkin sejak dalam kandungan secara terus menerus dengan berbagai cara untuk merangsang semua system sensorik dan motorik.

Apa pentingnya stimulasi dini ?

Stimulasi dini adalah ransangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir ( yang terbaik sejak janin usia 6 bulan dalam kandungan ) dilakukan setiap hari , untuk merangsang semua system indera ( pendengaran , penglihatan , perabaan , pembau , dan pengecapan) . selain itu perangsangan terhadap gerak motorik kasar dan halus kaki tangan dan jari – jari , komunikasi , dan merangsang perasaan yang menyenangkan dan pikiran bayi dan balita.

Bentuk rangsangan yang diberikan sangat bervariasi dalam berbagai bentuk dengan suasana bermain , menyenangkan dan kasih sayang untuk anak , dengan suasana pola asuh yang demokratik (otoritatif), yaitu pengasuh atau ibu harus peka terhadap isyarat , minat , keinginan dan pendapat anak. Memberi contoh tanpa memaksa , mendorong keberanian untuk berkreasi , memberi penghargaan dan pujian atas keberhasilan dan perilaku yang baik , memberi koreksi, dan bukan hukuman atau ancaman bila melakukan kesalahan.

Stimulasi dilakukan setiap ada kesempatan berinteraksi dengan anak , setiap hari , terus menerus , sesuai umur dan perkembangan kemampuannya , dilakukan oleh keluarga terutama ibu atau pengganti ibu.

Mengapa stimulasi dini dapat merangsang kecerdasan multipel?

Sel otak janin mulai dibentuk saat usia 3-4 bulan dalam kandungan ibu, kemudian setelah lahir sampai usia 3 – 4 tahun jumlahnya bertambah cepat mencapai milyaran sel, tetapi belum ada hubungan antar sel.mulai kehamilan 6 bualn , terbentuk hubungan antar sel, sehingga terbentuk rangkaian fungsi – fungsi. Kualitas dan kompleksitas rangkaian hubungan antar sel otak ditentukan oleh stimulasi yang diberiakn pada anak.

Stimulasi dini dan perangsangan kecerdasan

 Dapat dilakukan saat memandikan , menganti popok , menyusui, menyuapi , menggendong , mengajak berjalan – jalan , menonton telivisi , dalam kendaraan , menjelang tidur.

 Membunyikan berbagai suara atau musik bergantian , menggantung dan menggerakkan benda berwarna mencolok (lingkaran atau kotak – kotak hitam putih ), benda berbunyi pada bayi usia 0 – 3 bulan.

 Bermain ciluk ba pada bayi 3 – 6 bulan.

 Memanggil nama , mengajak bersalaman , dan bermain tepuk tangan, membacakan dongeng , meragsang duduk , dan dilatih berdiri berpegangan pada bayi 6 – 9 bulan.

 Bayi 9 – 12 bulan dirangsang dengan mengulang – ulang menyebut nama – nama anggota keluarga , memasukkan mainan ke dalam wadah, minum dari gelas, mengelindingkan bola , dilatih berdiri dan berjalan dengan berpegangan.

 Menggambar , mencoret – coret , menyusun kubus , bermain puzzle sederhana , bermain boneka , berjalan tanpa berpegangan , naik turun tangga , melepas celana , mengerti dan melakukan perintah sederhana , menyebut dan menunjuk benda – benda pada usia 12 – 18 bulan.

 Usia 18 – 24 bulan , menyebut dan menunjuk bagian – bagian tubuh, nama – nama binatang dan benda di sekitar rumah , bicara tentang kegiatan sehari – hari ( makan , minum , mandi , main ,dll), bermain bola, melompat , dan memakai celana baju , mencuci tangan.

 Menyebutkan nama – nama teman dan warna, berhitung , menyikat gigi , bermain boneka, masak – masakan , menggambar , berdiri satu kaki , toilet training pada usia 2 – 3 tahun.

 Perangsangan untuk berbicara dan bercerita , menyanyikan lagu anak – anak , bermain puzzle , angka, halma , congklak , kartu , monopoli , computer.

 Bermain bersama anak yang lebih tua dan lebih muda, saling berbagi kue, meminjamakan mainan, mangalah, belajar bekerja sama.

 Memancing agar anak dapat menceritakan perasaan, keinginan ,cita-cita, khayalan pengalamannya.

 Mengajarkan anak menanam biji hingga tumbuh, memelihara tanaman atau binatang , berwisata dan mengenalkan alam semesta .

© Dr. SuriViana- www.infoibu.com , http://www.infoibu.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=79

CIRI ANAK KREATIF

Beberapa ciri anak kreatif antara lain adalah sebagai berikut :
1. Lancar berpikir
Ia bisa memberi banyak jawaban terhadap suatu pertanyaan yng Anda berikan. Inilah salah satu kehebatan anak kreatif. Ia mampu memberikan banyak solusi dari sebuah masalah yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat penting untuk dikembangkan. Dunia ini penuh masalah dan tantangan. Semakin kreatif seseorang, maka ia akan dengan mudah menjawab semua masalah dan tantangan hidupnya dengan kreativitasnya.
2. Fleksibel dalam berpikir
Ia mampu memberi jawaban bervariasi, dapat melihat sutu masalah dalam berbagai sudut pandang. fleksibilitas ini juga sangat penting dalam kehidupan. Seorang yang fleksibel, akan dengan mudah menyesuaikan diri dalam berbagai keadaan.
3. Orisinil (asli) dalam berpikir
Ia dapat memberi jawaban-jawaban yang jarang diberikan anak lain. Jawaban baru biasanya tidak lazim atau kadang tak terpikirkan orang lain.
4. Elaborasi
Ia mampu menggabungkan atau memberi gagasan-gagasan atas jawaban yang dikemukakan, sehingga ia mampu untuk mengembangkan, memperkaya jawabannya dengan memperinci sampai hal-hal kecil Semua ciri-ciri anak kreatif tersebut bisa dikembangkan. Jadi bukan semata keturunan seorang anak bisa menjadi kreatif. Namun peran Anda sebagai orang tua juga sangat berpengaruh bagi perkembangan kreativitasnya.
CIRI-CIRI KREATIVITAS ALAMIAH
Kreativitas alamiah merupakan kreatif yang berasal dari dirinya sendiri, bukan karena pengaruh lingkungan. Ciri ini dimiliki oleh setiap anak. Tugas orang tua adalah  mengembangkan potensi ini.
Ciri kreativitas alamiah tersebut antara lain :
- Imajinatif
- Senang menjajaki lingkungannya
- Banyak mengajukan pertanyaan
- Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
- Suka melakukan eksperimen
- Terbuka untuk rangsangan-rangsangan baru
- Berminat untuk melakukan macam-macam hal
- Tidak pernah merasa bosan
SIKAP KREATIF
Selain ciri-ciri di atas, anak kreatif juga memiliki sikap yang positif. Beberapa sikap kreatif anak antara lain :
rasa ingin tahu yang besar.
Ini tertarik terhadap tugas-tugas baru dan menganggapnya sebagai tantangan senang bereksperimen spontan
percaya diri
berani mengambil resiko untuk membuet kesalahan atau untuk dikritik oleh orang lain
tidak mudah putus asa senang mencari pengalaman baru atau hal-hal yang menarik
berani dan yakin akan keputusan yang ditetapkannya sendiri tak mudah terpengaruh atau tergoyahkan keyakinannya oleh omongan orang lain.
EKSPRESI KREATIVITAS MENURUT USIA
Agar lebih memahami tentang kreativitas seorang anak, maka akan saya jelaskan ekspresi kreativitas anak menurut usia ( bayi hingga usia prasekolah)
· EKSPRESI KREATIVITAS BAYI
Meski anak sudah memiliki kreativitas alamiah, tetapi kita belum bisa mengukur kreativitas seorang bayi. Kreativitas baru terlihat setelah anak masuk usia balita. Sebab, anak sudah bisa berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan sudah banyak mendapatkan masukan mengenai berbagai hal dari lingkungannya.
· EKSPRESI KREATIVITAS BATITA (BAWAH TIGA TAHUN)
Pada usia ini anak mampu berkreativitas animisme (menganggap benda mati adalah makhluk hidup). Misalnya, kursi bisa merasa sakit bila ditendang atau nasi bisa menangis. Hal ini dipelajarinya dari orang tua, selain karena perkembangan motorik kasar, halus, serta kemampuan berbicaranya sudah lebih baik dibandingkan bayi.
Anak pun mampu berkreativitas imajinasi, yakni membuat sesuatu hal yang baru dari yang telah ada berdasarkan imajinasinya. Contohnya anak mampu menggambar abstrak yang sangat indah, dan memadukan warna-warna yang berani, lain daripada yang lain. Contoh lainnya , si batita membuat gedung pencakar langit dari balok-balok beraneka
bentuk dan ukuran, dan berbagai contoh lainnya. Tak heran bila anak batita kerap disebut seniman kecil. Sayangnya, masih banyak orang tua tak menyadari hal ini. Alhasil, Tak jarang orang tua/pendiidik malah menyalahkan anak dan menggiringnya untuk membuat
gambar atau karya yang konvensional.
· EKSPRESI KREATIVITAS PRASEKOLAH
Pada usia khususnya 4-6 tahun, kemampuan anak untuk berkreasi sudah cukup tinggi dan lebih baik karena anak sudah bergaul dengan lingkungan luar rumah dan sekolah . Otomatis pengetahuan dan tahapan perkembangannya pun sudah lebih maju lagi dari anak batita. Terutama perkembangan sosialnya, di mana anak sudah mulai berinteraksi dengan teman sebayanya.
Jika diceritakan mengenai sesuatu hal, ia bisa menceritakan kembali dan bahkan mengembangkannya. Selain itu , anak usia ini sudah bisa menyalurkan hasrat ingin tahunya dengan kreatifitasnya, yaitu melalui permainan pura-pura (bermain peran, seperti dokter: guru , pilot, polisi, dsb). Ia bisa melakukan permainan itu sendiri ataupun bersama temantemannya.
Bahkan anak juga sudah mampu menciptakan mainan sendiri, semisal pistol-pistolan dari koran bekas, kapal terbang/laut dan rumahrumahan dari kertas.
KREATIVITAS, IQ DAN LINGKUNGAN
Gulford (1967), salah satu pakar dalam pengukuran intellegensi, memberikan batasan bahwa sampai skor IQ 120 (ambang intelegensi untuk kreativitas). Lebih dari angka itu, intelegensi tidak lagi memberi pengaruh terhadap kreativitas. Artinya anak yang ber-IQ 140 tidak pasti lebih kreatif dibanding IQ-nya 120. Karena untuk berkarya kreatif yang unggul, sebenarnya tidak diperlukan IQ yang sangat tinggi, cukup diambang intelegensi saja.
Sebaliknya jika sangat rendah, di bawah rata-rata, tentu sulit untuk kreatif. Walau demikian, anak tetap harus didorong dan dirangsang agar kreativitasnya bisa ditumbuhkan, meski tak akan menghasilkan karya-karya yang sangat unggul.
Kreativitas anak yang ber-IQ tinggipun tergantung lingkungannya. Bisa saja seorang anak usia prasekolah ber-IQ tinggi tapi orang tuanya Cuma mementingkanhal-hal akademis, seperti membaca, menulis, dan berhitung.
Akibatnya, imajinasi si anak tidak berkembang. Padahal, kekuatan anak prasekolah adalah imajinasinya. Dengan kata lain anak cerdas belum tentu kreatif.
KREATIVITAS DAN EQ
Kreativitas juga membutuhkan EQ (kecerdasan emosional). Daniel Goleman (1996), pakar EQ, mengatakan, IQ menyumbang 20 persen saja dalam keberhasilan seseorang. Sementara 80% lainnya ditentukan oleh kekuatankekuatan lain yang termaksud di dalam EQ. Diantaranya adalah kesediaan untuk bekerja keras, disiplin, dan rasa percaya diri.
Individu ber-EQ tinggi memiliki kemampuan menguasai diri yang akan memberinya daya tahan untuk menunda pemenuhan kepuasan sesaat demi mendapatkan kesuksesan yang lebih besar di masa depan. Disiplin dan kerja keras ini tidak diragukan lagi merupakan salah satu komponen keberhasilan.
Mereka yang berhasil adalah mereka yang tetap dapat berlatih keras di saat yang lain bersenang-senang. Orang tua dapat mengizinkan anaknya untuk melakukan uji coba dan
menerima kesalahan yang mungkin dilakukan anak, akan membuat anaknya tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang percaya diri dan tidak takut untuk mencoba hal-hal yang baru. Tentu saja, dalam hal ini orang tua harus tetap memberikan pengawasan, akan tetapi aturan yang diberikan cukup pada hal-hal yang esensial.
Yang perlu diingat, apapun karya yang dihasilkan anak, orang tua harus bisa menghargainya. Mungkin hasil karyanya tidak berarti menurut orang tua, tetapi bisa jadi merupakan karya yang tak ternilai harganya bagi sang anak.
Karena melalui karyanya itulah, anak merasa ia mampu mencipta. Penghargaan yang ditunjukkan orang tua akan dapat membantu anak semakin tertarik untuk berusaha lebih keras lagi demi mendapatkan penghargaan berikutnya.
CARA MEMBENTUK ANAK KREATIF
Bagaimana cara membentuk anak yang kreatif itu ? Berikut ini beberapa cara praktis yang bisa Anda lakukan untuk memebntuk anak yang kreatif
MEMILIH POLA ASUH YANG TEPAT
Peran pola asuh orang tua sangat dominan pada pembentukan kreativitas seorang anak.
- Tidak terlalu mengontrol ekspresi kreativitasnya
Jika orang tua terlalu mengontrol perilaku anak, apalagi jika dibarengi dengan berbagai larangan atau kritikan-kritikan mengenai perilaku anak, hampir dapat dipastikan anak akan tumbuh menjadi anak yang pasif. Anak tidak punya inisiatif karena dia takut apa yang diperbuatnya adalah salah. Anak juga putus asa karena tidak tahu apa yang harus dia lakukan atau apa yang diharapkan orang tua dan dirinya. Anak-anak seperti ini biasanya juga muncul pada orangtua yang over protektif.
Saya tidak mengatakan bahwa anak diberi diberi kebebasan untuk melakukan apa saja, tanpa kontrol. Namun yang ingin saya tekankan adalah, berilah anak kebebasan untuk mengeksresikan kreatifitasnya
- Hindari kritikan yang mematikan kreatifitas
Anak-anak yang aktif biasanya datang dari orang tua yang tidak mengkritik perilaku anaknya. Bahkan tidak segan-segan menunjukkan apreasiasi terhadap perilaku mereka dan cenderung menerima perilaku anak, sehingga ia merasa nyaman dan berani mencoba hal-hal baru. Penerimaqn dari orang tua juga membuat anak memiliki pandangan positif terhadap dirinya sendiri.
Demikian juga saat anak menghasilkan sebuah karya. Bukan tugas kita untuk mengkritik hasil karya anak kita tersebut, yang mungkin tidak berharga bagi kita.
- Memberi rasa aman dan percaya diri
Karena memiliki rasa aman dan percaya diri, maka anak tidak mengalami kesulitan di dalam mengekspresikan diri, berani mengambil keputusan sendiri, mengambil resiko yang realistis, dan berani bertanggungjawab atas keputusan yang sudah mereka ambil. Mereka bisa mencari dan mengeksplorasi lingkungannya sehingga relatif mudah dirangsang
kreativitasnya.
MENGHARGAI KARYA ANAK
Pernahkah Anak Anda menghasilkan sebuah karya, dan menunjukkannya kepada Anda ? Saya yakin, pernah. Dan bagaimana sikap Anda, ketika Anda menerima hasil karya dari anak Anda tersebut ? Sikap Anda saat menerima hasil karya anak Anda, bisa berpengaruh
terhadap perkembangan kreatifitas anak Anda. Jika sikap Anda menyenangkan, maka anak akan lebih termotivasi lagi untuk berkarya dan mengembangkan kemampuannya. Namun jika sikap Anda cenderung tidak menghargai karya tersebut, maka anak Anda akan “trauma”. Ia akan menjadi malas untuk mengembangkan potensinya. Dan pada akhirnya, perkembangan kreatifitasnya akan terhambat oleh sikap Anda.
Mungkin hasil karya anak Anda adalah biasa di mata Anda. Namun bagi anak, hasil karyanya adalah bernilai. Ia telah merasa mengeluarkan segala kemampuannya. Dan ia ingin hasil karyanya dihargai oleh orang lain, terutama sang orang tua.
Ada beberapa cara untuk menghargai hasil karya anak kita, antara lain :
- memberikan pujian yang tulus
Tidak jarang orang tua memberikan kata pujian kepada hasil karya anaknya. Namun pada hakekatnya, kata yang ia ucapkan bukanlah pujian. Justru anak merasa diejek dan tidak dihargai. Hal ini terjadi biasanya saat karya anak kurang memuaskan, namun orang tua
menyindir/mengejek dengan pujian.
Anak Anda bisa membedakan antara pujian dan ejekan. Karena Anda adalah orang yang peling dekat dengannya. Ia sangat menguasai sikap dan perkataan Anda.
Karena itu pujilah ia setulus hati dan penuh kasih sayang. Dengan ini Anda punya harapan besar, bahwa anak Anda akan menjadi manusia kreatif di masa yang akan datang.
Pujian yang tulus memberikan kekuatan semangat bagi anak Anda untuk terus berkarya. Pujian yang tulus akan memberikan rasa percaya diri dan rasa aman untuk terus berkreasi.
- Memberikan hadiah
Berilah hadiah jika anak Anda menghasilkan karya besarnya. Hadiah bisa berbentuk sekedar ucapan selamat atau berupa barang. Jika berupa barang, hadiah tersebut tidak harus mahal.
Sama halnya dengan pujian, hadiah juga memberikan kekuatan dan semangat pada anak untuk terus berkarya.
- Memajang karya anak di tempat yang mudah dilihat
Anda juga bisa menghargai karya anak Anda dengan cara memajang karya tersebut di tempat yang mudah dilihat ole orang lain. Tempat yang mudah dilihat orang lain antara lain: ruang tamu, ruang makan, kantor Anda, dll.
Anda bisa membayangkan, betapa senangnya anak Anda saat hasil karyanya bisa dinikmati oleh orang lain. Dan iapun akan bersemangat untuk lebih berkarya.
MENGHARGAI KEMAMPUANNYA
Masa anak-anak adalah masa belajar segala sesuatu untuk kehidupannya kelak. Saat anak Anda sukses mempelajari sesuatu, biasanya ia akan unjuk kebolehan di hadapan Anda dan anggota keluarga yang lain. Misalnya saat saat anak Anda bisa membaca atau berhitung. Ia ingin menunjukkan bahwa ia telah sukses dan mampu melakukan sesuatu. Sikap Anda dan anggota keluarga yang lain harus bijaksana dalam menghadapinya. Hargailah
kemampuannya.
Sikap menghargai kemampuan anak, mungkin sepele bagi Anda dan anggota keluarga yang lain. Namun bagi si anak, sangatlah penting. Beberapa cara untuk menghargai kemampuan anak antara lain :
- Memperhatikan anak tersebut
- Memberikan pujian
- Memberikan hadiah
- Tidak mengejek/meremehkan
MEMBERIKAN TANTANGAN
Jika ada yang mengatakan,” Seseorang yang sering mendapat tantangan dalam hidupnya, maka ia akan menjadi manusia kreatif”, maka 100 % adalah benar. Tantangan akan membuat orang mencari jalan keluar. Ia akan memeras otak dan mengeluarkan segala potensinya untuk mengatasi tantangan tersebut. Dan hebatnya, ia bisa melakukan sesuatu yang yang menurutnya dan orang lain tidak bisa ia lakukan. Namun, ternyata ia bisa melakukannya.
Fakta ini juga berlaku untk Anak Anda. Jika Anda memberikan tantangan kepada anak Anda, maka iapun akan memeras otak “ajaibnya” dan mengeluarkan segala kemampuan yang dimiliki. Coba Anda perhatikan di Taman Kanak-Kanak. Mengapa di sana ada
berbagai mainan, yang kadang menurut kita berbahaya. Contoh permainan tersebut antara lain : panjat-panjatan. Sebagai orang tua, saya yakin Anda akan merasa khawatir saat pertama kali anak Anda bermain disana. Anda akan khawatir,”Bagaimana kalau jatuh ?”.
Namun, toh akhirnya Anda juga membiarkan anak Anda bermain di sana. Dan Anda merasa bangga dan senang, saat anak Anda dengan lucunya “sukses” dalam permainannya.
Memberikan tantangan kepada anak, akan banyak memberikan manfaat bagi anak. Beberapa manfaat tersebut antara lain :
- anak menjadi lebih kreatif
- otak anak berkembang dengan baik
- anak akan menguasai ketrampilan tertentu sesuai dengan tantangan yang Anda berikan
- Anak Anda akan merasa senang, dan Andapun juga demikian
- Rasa percaya diri pada anak akan lebih besar untuk menghadapi tantangan yang lain
Apa saja tantangan yang bisa Anda berikan kepada anak Anda ? Berikut beberapa contoh:
- permainan
- tugas rumah
- teka-teki
- dll
TIDAK TERLALU MEMANJAKANNYA
Tidak sedikit orang tua yang kesulitan membedakan antara kasih sayang dengan memanjakan. Keduanya berbeda dan memberikan dampak yang berbeda bagi perkembangan kreatifitas anak.
Kasih sayang wajib diberikan setiap orang tua kepada semua anaknya. Karena kasih sayang adalah kebutuhan bagi si anak. Tapi memberikan kasih sayang, tidak harus berupa sikap memanjakan.Tidak semua sikap memanjakan orang tua, merupakan bentuk kasih sayang. Sikap memanjakan anak yang tidak pada tempatnya, justru akan merugikan si anak.
SUASANA KONDUSIF
Ciptakanlah suasana lingkungan yang aman, nyaman, dan tentram, sehingga akan membuat anak lebih bebas di dalam mengungkapkan perasaan, sikap,. Dan pendapatnya secara terbuka. Jika anak memiliki kebebasan untuk bereksplorasi dan berkarya, niscaya dia akan mampu menghasilkan krya kreatif atau sesutu yang baru yang mungkin belum pernah terpikirkan oleh orangtuanya.
Jangan lupa anak-anak memiliki daya kreativitas. Jadi dengan sendirinya, anak memang kreatif. Hal ini nampak dari rasa ingin tahunya yang besar, spontanitas, banyak mengajukan pertanyaan, selalu ingin menjajaki dan mengeksplorasi lingkungan, serta senang melakukan eksperimen. Jika diberi mainan baru, misalnya, ia akan membongkarnya. Ia ingin tahu, kalau dibongkar, apa jadinya nanti. Oleh karena itu orang tua tidak boleh lekas marah.
HARGAI ANAK
Setiap anak adalah unik. Agar keunikannya berkembang maksimal, orangtua selayaknya menghargai dan menghormati seorang anak sebagai seorang individu. Dengan demikian, setiap hasil karya anak apapun bentuknya haruslah kita hargai jerih payahnya. Berilah dukungan dan pujian agar anak makin termotivasi untuk menghasilkan karya terus menerus sehingga proses kreatifnya dapat berkembang secara optimal.
Orangtua jug sebaiknya tidak menilai anaknya hanya dari prestasinya di sekolah saja. Sebab anak pada dasarnya memiliki berbagai macam kecerdasan, seperti ;
- Number smart , kecerdasan logis-matematis
- Word smart, kecerdasan linguistik/berbahasa ; membaca dan menulis
- Picture smart, kecerdasan menggambar/spasial
- Sef smart, kecerdasan intrapribadi
- People smart, kecerdasan antar pribadi/bersosial
- Natural smart, kecerdasan naturalis
- Body smart, kecerdasan jasmani
Di samping itu rasa ingin tahu anak akan sesuatu juga harus dihargai. Dengan demikian, sudah menjadi keharusan bagi orang tua untuk banyak belajar dan mengikuti perkembangan zaman agar dapat mengimbangi rasa ingin tahu anak.
KOMUNIKASI
Sangatlah penting untuk selalu memelihara komunikasi yang baik antara orang tua dan anak. Komunikasi yang baik adalah terjalinnya dialog yang akrab dua arah antara orang tua dan anak. Komunikasi yang baik akan mampu menciptakan kedekatan antara orang tua dan anak, baik secara fisik maupun psikis.. Dengan demikian, anak tidak akan ragu apalagi takut untuk mengungkapkan is hati dan pikirannya.
Agar komunikasi yang baik dapat terjalin, orang tua dapat melakukan cara-cara di bawah ini ;
- Bukalah topik-topik pembicaraan yang menarik hatinya. Dengan demikian sekaligus dapat memancing rasa ingin tahu anak.
- Jangan pernah kesal atau bosan dengan pertanyaan si kecil yang mungkin di ulang-ulang. Itu menandakan penjelasan orang tua belum dipahami.
- Jawablah pertanyaan anak dengan bahasa sederhana yang mudah dipahami. Dengan demikian anak akan terus termotivasi untuk mengenal dan mengetahui hal-hal baru. Dan agar orang tua tidak salah jawab, sebaiknya jangan berhenti memperluas wawasan dan
pengetahuan, terutama yang berkaitan dengan sesuatu yang ingin sekali diketahui anak.
- Dampingi anak saat bermain. Memang pada saat tertentu anak butuh kesendirian. Biarkan dia asyik dengan mainannya. Namun di saat lain, anak pasti membutuhkan orang tua sebagai teman bermainnya. Nah ikutlah bermain bersama anak, bukan hanya sekedar mendampingi atau Cuma memberi inttruksi. Dengan orang tua terlibat secara fisik dan emosional, interaksi antara orang tua dan anak akan dapat terjalin baik.
- Jika anak bosan bermain, lakukan kegiatan lain yang mengasah imajinasi dan kreativitasa anak. Umpanya , membacakan cerita-cerita atau dongeng menarik. Orang tua bisa menemukan banyak buku yang membantu menstimulasi daya kratif anak.
MEMBENTUK ANAK KREATIF
Anak-anak mendapatkan berbagai hal baru dari lingkungan sekitarnya. Mereka melakukan peniruan perilkau, gaya bicara, atau hal-hal lain dari orang tuanya. Nah, untuk memancing kreativitas anak, orang tua seharusnya memperagakan atau menunjukkan kegiatan-kegiatan yang mampu menstimulasi anak.
Ada baiknya aktivitas itu dilakukan bersama-sama. Misalnya mengajak anak berolah raga, melukis, mengarang, atau menyanyi. Dengan demikian anak akan merekam perilaku oarang tuanya sehingga membekas dalam benaknya. Hal ini memicu si anak untuk
mengeksplorasi apa saja minat dan bakatnya sehingga proses kretif terus berlangsung.
Aktivitas yang dapat mendorong kemampuan kreatif anak adalah memberikan pengalaman yang beragam.Umpamanya, mengajak anak-anak berjalan. Tentunya tak sekedar berkeliling, si kecil juga dikenalkan dan ditunjukkann degan benda-benda atau makhluk hidup yang ditemui. Misalnya bunga-bunga, binatang, atau benda-benda
lainnya.
CERITA BAGI ANAK
Tidak bisa dipungkiri, cerita merupakan salah satu hal yang disukai oleh siapa saja, apalagi anak-anak. Beberapa manfaat cerita bagi anak antara lain :
1. Anak mendapat palajaran berharga dari cerita tersebut. Misalnya tentang moral.
2. Anak bisa mengambil banyak hikmah dari berbagai peristiwa kehidupan yang ada pada cerita tersebut
3. Kreativitas anak akan lebih terasah
4. Potensi kecerdasan anak akan optimal berkembang.
Ada beberapa cara untuk memberikan cerita kepada anak, antara lain:
- Secara lisan,  anda menceritakan sebuah kisah secara lisan
- Secara Tulisan, Anda membelikan anak Anda buku-buku cerita atau majalah anak
PERMAINAN KREATIF
Salah satu cara ampuh membentuk anak kreatif adalah dengan memberikan kepada anak aneka permainan. Saya banyak membahas tentang permainan ini di ebook yang lain
TIDAK MENGAMBIL ALIH TANGGUNG JAWAB ANAK
Ada sebagia orang tua yang selalu mengambil tanggung jawab anak. Ia tidak akan membiarkan anaknya melakukan sendiri tugas dan tanggung jawabnya, karena ia menganggap anaknya tidak akan mampu. Orang rua semacam ini memiliki sifat perfeksionis sejati. Ia selalu menginginkan semua orang sempurna atau minimal seperti
dirinya. Hal tersebut juga ia berlakukan terhadap anaknya.
MEMBENTUK ANAK KREATIF
AL ARIF © 2004 http://www.anakjenius.com
anaknya bisa melakukan segala sesuatu dengan baik dan benar. Namun yang namanya seorang anak, ia belum bisa melakukan segala sesuatu dengan baik dan benar. Apa akibatnya ? Si orang tua tadi selalu mengerjakan segala tugas dan tanggung jawabnya anaknya. Sungguh tindakan semacam itu berakibat buruk bagi perkembangan
anak. Ia tidak akan belajar banyak hal dalam hidupnya, karena semuanya dikerjakan oleh orang tuanya. Kreativitasnya tidak akan terasah, bahkan boleh jadi akan berakibat buruk pada berbagai aspek hidup anak yang lain. Misalnya, ia akan memiliki sifat inferior, tertutup, dan lain-lain
MEMBERIKAN PILIHAN
Di awal saya telah menyebutkan, bahwa salah satu ciri dari anak kreatif adalah , ia memiliki banyak alternatif solusi terhadap sebuah masalah yang ia hadapi. Ia fleksibel dalam hidup ini. Ciri ini sebenarnya bisa dilatih oleh orang tua.
Caranya ? Gampang !!! Latihlah anak Anda dalam berbagai kesempatan agar ia memiliki ciri ini. Beberapa tindakan berikut bisa Anda coba :
- Beri anak kebebasan memilih saat Anda membelikan ia sesuatu
- Hindari mengatakan “salah” atau “jangan” dalam setiap perkataan.
Lebih baik Anda mengatakan “sebaiknya”, “kurang benar”, dan kata sejenis yang menunjukkan adanya alternatif lain
- Hargai setiap pendapat anak. Jika salah, wajar. Karena ia masih anak-anak
- Anggaplah ia sebagai anak-anak dengan segala perilakunya sebagai anak. Jangan pernah Anda mengganggapnya sebagai manusia yang serba bisa dan sempurna
MENGGAMBAR
Menggambar adalah salah satu cara untuk membentuk anak kreatif. Menggambar juga merupakan salah satu bentuk ekspresi kecerdasan (visual). Karena itu, berilah kebebasan dan fasilitas bagi anak Anda untuk menggambar.
Beberapa cara bisa Anda lakukan untuk hal ini, antara lain :
- Sediakan anak anda fasilitas dan peralatan untuk menggambar.
- Jika anak Anda biasa mencoret tembok, dan sulit untuk diubah kebiasaan tersebut, jangan halangi tindakannya. Anda hanya tinggal menyediakan papan di tembok, khusus untuk corat-coret si kecil tadi
- Jika Anda dana untuk kursus menggambar, tidak ada salahnya Anda memasukkan si kecil ke kursus tersebut.
MENGGANGGAP ANAK SEBAGAI MANUSIA
Anggaplah anak Anda sebagai manusia secara utuh. Kadang orang tua menyepelekan hal ini. Mungkin karena menganggap anak masih terlalu kecil, sehingga saat ia bersama anaknya, anak tersebut dianggap seperti tidak ada.
Anggaplah anak Anda sebagai manusia seutuhnya. Anak Anda adalah manusia yang bisa mendengar, memiliki perasaan, bisa berbicara, dan sebagainya. Ia adalah manusia sempurna, sebagaimana yang lain.
Beberapa contoh berikut adalah sebagai aplikasi dari hal ini :
- Berikan kesempatan anak mengungkapkan perasaanya
- Dengarkan saat ia berbicara dan jawablah pertanyaannya
- Saat bertemu dengan orang lain, perkenalkan juga anak Anda dan mintalah ia berjabat tangan dengan orang tersebut
- Perhitungkan kehadirannya, jangan pernah mengabaikannya.
Dengan menganggap anak sebagai manusia yang utuh, maka akan banyak manfaat bagi anak tersebut :
- ia akan menyadari bahwa dirinya juga dianggap sebagaimana manusia yang lain. Sehingga ia akan memiliki motivasi yang tinggi untuk berkembang
- ia akan memiliki rasa percaya diri dalam banyak hal. Dan hal ini sangat positif bagi perkembangan kreatifitasnya
- ia juga akan bisa menghargai orang lain, sebagaimana ia juga dihargai orang lain pada saat ini.

Sumber:  http://www.untukku.com/artikel-untukku/membentuk-anak-kreatif-untukku.html

MELATIH ANAK MENJAGA KEBERSIHAN DAN KESEHATAN GIGI SEJAK USIA DINI

Anak adalah pribadi yang unik, ia bukanlah seorang dewasa yang bertubuh kecil. Namun ia adalah sosok pribadi yang berada dalam masa pertumbuhan baik secara fisik, mental dan intelektual.
Mereka mengalami berbagai fase dalam perkembangannya,dimana pada usia 2 sampai 5 tahun merupakan fase yang paling aktif, terutama pada perkembangan otak anak,oleh karena itu periode tersebut dikenal sebagai masa keemasan anak atau golden age.
Dalam memberikan pendidikan kesehatan fisik pada anak seringkali orangtua dan guru hanya membatasi pada kesehatan tubuh saja. Pendidikan kesehatan gigi (Dental Health Education) seringkali menjadi topik yang kurang mendapat perhatian baik dirumah maupun sekolah.
Ada beberapa alasan mengapa seringkali orangtua kurang memperhatikan kebersihan dan kesehatan gigi anak. Alasan yang paling banyak ditemukan adalah masih banyak orangtua yang beranggapan bahwa gigi pada anak adalah gigi susu ,jadi tidak usah dirawat karena nanti juga akan berganti dengan gigi tetap. Padahal sebenarnya justru pada masa gigi susu itulah anak harus mulai dajarkan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan giginya.Karena alasan berikut :
1. Pada masa gigi susu,sedang terjadi pembentukan gigi tetap didalam tulang. Sehingga jika ada kerusakan gigi susu yang parah dapat mengganggu proses pembentukan gigi tetapnya. Hal ini dapat mengakibatkan gigi tetap nya tumbuh dengan tidak normal.
2. Mulut adalah pintu utama masuknya makanan kedalam perut. Mulut adalah lokasi pertama yang dilalui makanan dalam proses pencernaan. Jika terjadi gangguan pada mulut maka akan mengganggu kelancaran proses pencernaan.
3. Infeksi yang terjadi pada gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan organ didalam tubuh seperti jantung, paru-paru, ginjal,dll. Karena infeksi dalam mulut dapat menyebar kedalam organ-organ tersebut yang disebut dengan fokal infeksi.
4. Infeksi gigi dan mulut yang diderita anak akan membuat anak menjadi malas beraktivitas dan akan mengganggu proses belajar mereka.
Melihat alasan-alasan tersebut, maka saat ini beberapa sekolah tertentu gencar memberikan pendidikan kesehatan gigi bagi siswa mereka. Bahkan ada sekolah yang menjadikan pendidikan kesehatan gigi bersama dengan pendidikan kesehatan umum sebagai bagian dari kurikulum sekolah.
Bagi para orangtua di rumah pendidikan kesehatan gigi sudah harus dimulai sejak gigi pertama ada dalam mulut anak.Bagaimana caranya?
Yaitu dengan selalu membersihkan gigi anak setiap selesai minum susu atau selesai makan. Tidak perlu menggunakan sikat gigi, namun bisa dilakukan dengan menggunakan kain kassa lembut yang dibasahi dengan air hangat. Sepertinya hanya sebuah perlakuan yang biasa saja, namun sesungguhnya hal itu memberikan sebuah pengalaman baru yang luar biasa pada anak. Ketika ibu membersihkan gigi dengan kain lembut yang dibasahi air hangat, anak merasa bahwa kegiatan membersihkan gigi adalah kegiatan yang menyenangkan dan itu akan terekam dalam memori anak.Dampaknya,ketika anak akan diperkenalkan dengan sikat gigi pada usia 1 tahun tidak akan ada lagi keluhan anak tidak mau menyikat gigi karena takut melihat sikat gigi yang akan dimasukkan dalam mulut mereka.
Ketika anak berusia dua tahun, jumlah gigi dalam mulut sudah lengkap dua puluh buah. Mulailah anak diajarkan menyikat gigi sendiri dan orangtua tetap mengawasi. Saat mereka sudah bisa berkumur, boleh ditambah dengan pasta gigi. Ajaklah anak untuk biasa mengkonsumsi sayur atau buah dan kontrol makanan manis yang mereka konsumsi. Bukan tidak boleh anak memakan makanan yang manis karena itu makanan kesukaan mereka. Hanya orang tua perlu mengontrol banyaknya atau macam dari makanan manis yang mereka makan.
Usia dua tahun merupakan usia yang pas bagi anak untuk belajar mengenal dokter gigi. Ajaklah anak ke klinik gigi untuk memeriksa gigi mereka walaupun belum ada keluhan. Karena bisa saja sudah terjadi lubang kecil pada gigi anak yang tidak dirasakan mereka namun sudah harus dilakukan penanganan oleh dokter gigi.
Jadikanlah pendidikan kesehatan gigi sebagai sebuah pengalaman yang menyenangkan bagi anak. Karena dengan demikian kita sebagai orangtua tidak akan berteriak-teriak lagi menyuruh anak menyikat gigi saat mandi pagi dan Insya Allah kita tidak akan mengalami bangun tengah malam karena anak menangis karena giginya sakit. Dan yang lebih penting lagi proses tumbuh kembang anak tidak terganggu akibat anak sakit gigi.
TANTI ARDIYANTI -  tanti_valentino@yahoo.co.id

Sumber:  http://www.pdgi-online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=672&Itemid=1

BAYI BELAJAR SEJAK DALAM KANDUNGAN

Bayi 
Belajar Sejak Dalam Kandungan
APAKAH anak dalam kandungan benar-benar dapat belajar atau mempelajari kata-kata yang diucapkan oleh sang pendidik atau orang tuanya? Seperti yang dikatakan oleh F. Rene Van de Carr, M.D. Jawabannya ?ya?, tetapi tidak dengan cara seperti orang dewasa. Jika ia mempelajari sebuah kata-kata, maka ia dapat mengulanginya, mengenalinya dalam tulisan, memodifikasinya agar ia dapat berbicara dengan baik dan benar, dan menggunakannya dalam kalimat.

Proses pemikiran ini menunjukkan bahwa ia memahami kata-kata tersebut. Lain halnya dengan anak dalam kandungan, cara belajarnya jauh lebih mendasar. Ketika orang tuanya (khususnya sang Ibu) mengajarkan kata-kata kepada bayi dalam kandungannya, ia hanya mendengarkan bunyinya sambil mengalami sensasi tertentu. Misalnya, tatkala si Ibu mengatakan ?tepuk?, anak dalam kandungan mendengar bunyi ?t-e-p-u- dan k?, karena pada saat yang bersamaan si ibu menepuk perutnya. Kombinasi bunyi dan pengalaman ini memberi kesempatan bagi anak dalam kandungan untuk belajar memahami hubungan tentang bunyi dan sensasi pada tingkat pengenalan praverbal.

Beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dalam bidang perkembangan pralahir menunjukan bahwa selama berada dalam rahim, anak dapat belajar, merasa, dan mengetahui perbedaan antara gelap dan terang. Pada saat kandungan itu telah berusia lima bulan?setara dengan 20 minggu, kemampuan anak dalam kandungan untuk merasakan stimulus telah berkembang dengan cukup baik sehingga proses pendidikan dan belajar dapat dimulai atau dilakukan.

Kemudian, para ilmuwan bidang pendidikan anak dalam kandungan juga telah banyak melakukan riset baru dan riset ulang secara kontinu dengan membuat langkah-langkah dan metode baru mengenai praktek pendidikan pralahir. Mereka telah menemukan banyak hal, mengenai keistimewaan pendidikan pralahir ini, diantaranya adalah: peningkatan kecerdasan otak bayi, keyakinan lestari pada diri anak saat tumbuh dan berkembang dewasa nanti, keseimbangan komunikasi lebih baik antara anak (yang telah mengikuti program pendidikan pralahir) dengan orang tuanya, anggota keluarganya dan atau dengan lingkungannya dibanding dengan teman-temanya yang tidak mengikuti program pendidikan pralahir.

Berikut ini beberapa laporan yang sangat menggembirakan?bagi dunia pendidikan anak khususnya?dari F. Rene Van de Carr, M.D. dan Marc Lehrer, Ph.D. bahwa The American Association of The Advancement of Science pada tahun 1996 telah merangkum hasil penelitian sejumlah ilmuwan dalam bidang stimulasi pralahir dan bayi, antara lain sebagai berikut.

  1. Dr. Craig dari University of Al-abama menunjukkan bahwa program-program stimulasi dini meningkatkan nilai tes kecerdasan dalam pelajaran utama pada semua anak yang diteliti dari masa bayi hingga usia 15 tahun. Anak-anak tersebut mencapai kecerdasan 15 hingga 30 persen lebih tinggi.
  2. Dr. Marion Cleves Diamond dari University of California, Berkley, AS melakukan eksperimen bertahun-tahun dan mendapatkan hasil yang sama berulang-ulang bahwa tikus yang diberi stimulasi tidak hanya mengembangkan pencabangan sel otak lebih banyak dan daerah kortikal otak yang tebal, tetapi juga lebih cerdas dan lebih terampil bersosialisasi dengan tikus-tikus lain.

Selain itu, menurut F. Rene Van de Carr, dkk.. bahwa The Prenatal Enrichment Unit di Hua Chiew General Hospital, di Bangkok Thailand, yang dipimpin Dr. C. Panthuraamphorn, telah melakukan penelitian yang sama terhadap bayi pralahir, dan hasilnya disimpulkan bahwa bayi yang diberi stimulasi pralahir cepat mahir bicara, menirukan suara, menyebutkan kata pertama, tersenyum secara spontan, mampu menoleh ke arah suara orang tuanya, lebih tanggap terhadap musik, dan juga mengembangkan pola sosial lebih baik saat ia dewasa.

F. Rene Van de Carr, M.D., dkk.. telah lama melakukan penelitian ini, kurang lebih sejak 22 tahun yang lalu. Menurut pandangannya, penelitian tersebut menunjukkan beberapa hal berikut ini pada bayi-bayi yang mendapatkan stimulasi pralahir.

  1. Tampaknya ada suatu masa kritis dalam perkembangan bayi yang dimulai pada sekitar usia lima bulan sebelum dilahirkan dan berlanjut hingga dua tahun ketika stimulasi otak dan latihan-latihan intelektual dapat meningkatkan kemampuan bayi.
  2. Stimulasi pralahir dapat membantu mengembangkan orientasi dan keefektifan bayi dalam mengatasi dunia luar setelah ia dilahirkan.
  3. Bayi-bayi yang mendapatkan stimulasi pralahir dapat lebih mampu mengontrol gerakan-gerakan mereka. Selain itu, mereka juga lebih siap menjelajahi dan mempelajari lingkungan setelah dilahirkan.
  4. Para orang tua yang telah berpartisipasi dalam program pendidikan pralahir menggambarkan anak mereka lebih tenang, waspada, dan bahagia.

Sebenarnya, keistimewaan-keistimewaan pendidikan anak dalam kandungan (anak pralahir) merupakan hasil dari sebuah proses yang sistematis dengan merangkaikan langkah, metode dan materi yang dipakai oleh orang tuanya dalam melakukan pendidikan (stimulasi edukatif) dan orientasi serta tujuan ke mana keduanya mengarah dan mendidik.  Bahkan dalam Islam, pendidikan pralahir ini hendaklah dimulai sejak awal pembuahan (proses nuthfah). Artinya, seorang yang menginginkan seorang anak yang pintar, cerdas, terampil dan berkepribadian baik (saleh/salehah), ia harus mempersiapkan perangkat utama dan pendukungnya terlebih dahulu.

Adapun persiapan yang perlu dilakukan adalah memulai dan melakukan hubungan biologis secara sah dan baik, serta berdoa kepada Allah swt. agar perbuatannya tidak diganggu setan dan sia-sia. Selain itu, menggantungkan permohonan hanya kepada Allah semata agar dikaruniai seorang anak yang shaleh. Kemudian setelah adanya proses nuthfah, atas kehendak Allah proses tersebut berlanjut menjadi mudhghah. Pada fase inilah tampak jelas adanya kehidupan seorang anak dalam rahim. Oleh karena itu, orang tuanya?khususnya sang ibu?harus memperlakukannya dengan baik.

Perlakuan yang baik itu di antaranya memberikan pelayanan yang tepat terhadap anaknya yang masih dalam kandungan, tidak melakukan tindakan-tindakan kekerasan yang menimbulkan dampak negatif (baik fisik maupun psikis) terhadap anak dalam kandungan, karena hal tersebut sangat berbahaya, seperti yang diisyaratkan oleh Nabi Muhammad saw. dalam sabdanya,

?Anak yang celaka adalah anak yang telah mendapatkan kesempitan di masa dalam perut ibunya.? (HR Imam Muslim dari Abdullah Ibn Mas?ud)

Pelayanan yang sangat baik untuk masa anak dalam kandungan adalah memberikan stimulus pendidikan, yang akan bermanfaat tidak saja pada perkembangan fisik, pertumbuhan mental (psikis) tetapi juga meningkatkan kecerdasan otak dan sensitifikasi emosional positif sang anak yang berada di dalam kandungan.

Praktek memberikan stimulus pendidikan anak dalam kandungan telah dilakukan jauh sebelum teori dan praktek di atas dikembangkan. Konon, Nabi Zakaria telah memberikan stimulasi pendidikan pada anak pralahir yaitu anak yang dikandung oleh istrinya, sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Qur`an al-Karim surah Maryam (19) ayat 10?11. Di dalamnya dijelaskan bahwa pelayanan stimulasi pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Zakaria telah membuahkan hasil yang yang bagus, yakni anak yang memiliki kecerdasan tinggi dalam memahami hukum-hukum Allah. Selain itu digambarkan pula bahwa anak yang dikaruniai itu adalah sosok yang terampil dalam melaksanakan titah Allah, memiliki fisik yang kuat, sekaligus seorang anak yang sangat berbakti kepada orang tuanya, sebagaimana diisyaratkan pada kelanjutan ayat 12?15 masih dalam surah yang sama. Bahkan, kemudian anak tersebut dipercaya dijadikan pewaris tunggal orang tuanya yakni tugas kenabian. Subhanallah.

Begitu juga dengan Nabi Adam a.s. tatkala istrinya Hawa, mengandung anak pertamanya dan pada tahapan kandungan yang masih ringan, ia merasa biasa saja berjalan seperti sedia kala, merasa tidak ada beban. Namun, tatkala usia kandungan itu bertambah yang ditandai dengan perut yang terus membesar di situlah ia merasakan kepayahan dan keberatan. Saat itulah, Siti Hawa dengan sedih mengadu kepada suaminya, Nabi Adam a.s. tentang keadaan perutnya yang kian hari kian besar yang membuatnya dari hari ke hari merasa makin payah. Kondisi ini membuat Adam a.s. beserta istrinya bersama-sama memohon kepada Allah dengan sebuah doa yang sangat filosofis yaitu,?... Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur.? (al-A?raaf: 189)

Ini adalah suatu praktek pendidikan anak dalam kandungan yang dilakukan secara bersama antara suami dan istri dengan kesamaan visi dan misi yaitu orientasi pendidikan yang bersumber pada motivasi untuk memurnikan keesaan Allah semata. Sebuah kondisi yang membuahkan keridhaan Allah sehingga dengan curahan rahmat-Nya keberkahan pun mengalir mengiringi laju bahtera rumah tangga tersebut.

?Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka, setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata, ?Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur.?? (al-A?raaf : 189) Sumber: namaislami.com
 
Sumber: http://www.cybermq.com/kolom/detail/auladi/484/bayi-belajar-sejak-dalam-kandungan

Selasa, 25 Mei 2010

SRI MULYANI INDRAWATI: IQ SAYA 157

foto 
Sri Mulyani menerima cendera mata dari Redaktur Senior, Toriq Hadad di Gedung Tempo, Jakarta. (TEMPO/Donang Wahyu)
TEMPO Interaktif, Jakarta - Mundur dari jabatan Menteri Keuangan bukan berarti tanpa aktivitas. Sambil menunggu menduduki jabatan barunya sebagai Managing Director World Bank ia memiliki kesibukan baru yakni menghadiri puluhan acara perpisahan yang digelar para koleganya.

Ada yang sedikit berbeda dengan Sri Mulyani saat menjabat sebagai Menteri Keuangan dan setelah lepas dari jabatan itu. Meski agendanya padat, namun wanita kelahiran Tanjung Karang, 26 Agustus 1962, terlihat lepas. Saat serahterima jabatan Menteri Keuangan dari Sri Mulyani ke Agus Martowardoyo pada Sri beberapa kali mengucurkan air mata. "Karena bukan menteri keuangan saya sekarang boleh menangis. Kepada Pak Agus jangan menangis nanti rupiah terguncang," katanya.

Sebelum berangkat ke Washington pada Rabu (26/5) nanti, Senin (24/5), Sri sempat bertandang ke kantor Majalah Tempo di Jalan Proklamasi. Dalam kesempatan itu Tempointeraktif bekerjasama dengan Yahoo! Indonesia mengajukan sejumlah pertanyaan kepada Sri. Beberapa pertanyaan diambil dari Yahoo! Answers.

Anda bilang bisa tertawa lepas setelah 6 tahun berada di Kementerian Keuangan dan sangat cerah ketika menyanyikan lagu Send Me The Pillow. Apakah tawaran Bank Dunia itu merupkan The Pillow yang diimpi-impikan selama ini?

(Tertawa). Saya rasa lagu Send Me The Pillow itu lagu yang merupakan lagu yang disampaikan Mas Franky Sahilatua dan menggambarkan tentang simbol bahwa seseorang, termasuk saya, manusia biasa di dalam ranah publik mungkin kita harus memerankan suatu tanggungjawab yang tegar dan kuat. Kita sebagai manusia biasa membutuhkan suatu tempat untuk bisa melepaskan emosi maupun beban itu tanpa merasa bahwa ini merupakan suatu kecengengan atau suatu kelemahan.

Jadi sebenarnya tidak ada hubungannya juga (lagu) karena di Bank Dunia bukan Pillow karena dia merupakan suatu ranah publik lain yang sifatnya internasional yang bahkan tidak akan membiarkan dan membolehkan saya untuk menjadi orang yang cengeng.

Jadi saya rasa ini adalah tantangan dan tanggungjawab baru yang harus saya laksanakan sebaik-baiknya.

Waktu membawakan lagu itu suara Anda merdu sekali. Cengkoknya bagus. Sering latihan menyanyi?

(Tertawa). Dari kecil kami dulu biasa nyanyi. Keluarga kami ini memang keluarga yang suka seni. Ada yang suka nyanyi, ada yang suka menari, melukis.

Melihat perjalanan karir Anda, sepertinya Anda ini memiliki kemampuan yang luar biasa. Berapa sih IQ Anda?
Begini. Kebetulan waktu pindahan (dari rumah dinas) saya buka-buka file lama. Saat ini saya menemukan dokumen tes IQ saya waktu SMA. Biasanya setelah lulus SMA mau masuk universitas kan kita ikut tes IQ untuk melihat bakat dan kecerdasan. Saya lihat skor IQ saya waktu itu 157. (Ini tergolong tinggi. Pelukis Rembrandt van Rijn dari Belanda IQ-nya 155, pendiri Microsoft Bill Gates 160, fisikawan Albert Einstein 160).

Tahun berapa itu?
Itu dokumen tahun 1981, waktu saya mau masuk universitas. Ya itu, saya enggak merasa pinter tuh, biasa aja rasanya. Bahkan rapor saya rasanya angkanya tidak terlalu hebat-hebat amat. Jadi mungkin kebetulan saja.

Sudah hampir enam tahun memimpin reformasi birokrasi Kementerian Keuangan. Bagaimana kondisinya sekarang?

Lima tahun ini tiga undang-undang perpajakan semua diubah, mulai dari Ketentuan Umum Perpajakan, PPh, PPN, bahkan sekarang ada Pajak dan Retribusi Daerah. Jadi semuanya ini rezim baru. Nanti menteri keuangan yang baru yang harus menjalankan secara konsisten.

Mereka akan kehilangan itu dengan kepergian Anda. Kok Anda tinggal begitu saja? Apa Reformasi di Kantor Pajak masih bisa berjalan?

Karena sudah menjadi inheren dalam institusinya.

Kan jarang ada menteri yang mau ikut sampai detail, menyemangati anak-anaknya?

Kan tadi kita tidak bicara tentang itu.

Kan ini menyemangati saja…
Lha kok saya malah dimarahi? (ruangan pun penuh tawa)

Dalam wawancara dengan Tempo sebelumnya, Sri Mulyani menjawab pertanyaan seputar apakah dia didesak oleh kelompok tertentu. Berikut petikannya:
Kapan persisnya Anda diminta Bank Dunia untuk bergabung?
Ya seperti yang sudah disampaikan Bapak Presiden saja.

Apa betul sejak tahun lalu?
Itu cerita versi siapa? Ya, cerita sendiri saja, tapi bukan dari saya (tertawa).

Beberapa bulan lalu, Presiden Bank Dunia berbicara kepada pengusaha Jusuf Wanandi. Katanya, Indonesia telah memperlakukan menteri keuangannya dengan sangat buruk dan, karena itu, Bank Dunia akan merekrutnya?

Kalau begitu, kutip saja dari Pak Jusuf Wanandi, he-he-he.... Saya malah enggak tahu.
Anda merasa ada kelompok yang mendorong Anda mundur sebagai Menteri Keuangan?

Saya fokuskan kerja di sini saja. Soal analisis pernyataan tokoh-tokoh itu, biar Tempo saja yang mengerjakan.

Jika Presiden tak mengizinkan Anda pergi, Anda akan tetap memaksa?
Kita ngurus negara kan enggak seperti anak kecil yang mudah ngambek. Ketika saya menjadi menteri, saya membantu Presiden. Saya hormat kepada beliau.

Anda bahagia dengan pilihan Anda meninggalkan kabinet?
Ya, happy, ha-ha-ha....

Lama dong nanti meninggalkan Indonesia?
Kayak ke mana saja. Saya pasti kembalilah. I'll be back.

FAJAR WH | DARU PRIYAMBODO


Sumber: http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2010/05/25/brk,20100525-250164,id.html

Senin, 24 Mei 2010

LATIH ANAK AGAR KREATIF


Semua orang tahu, kreativitas adalah modal untuk bertahan dan sukses dalam kehidupan. Berikut poin inspirasi untuk membentuk anak kreatif:

1. Pilih pola asuh yang pas. Tidak perlu mengontrol dan meminimalkan larangan. Dengan begitu, anak menemukan kebebasan dalam berkreasi.

2. Jangan melakukan kritikan yang mematikan. Kalau mau, berikan koreksi yang membangun. "Wuih hebat, pesawatnya bagus. Cuma, kalau mau terbangnya lebih tinggi coba bikin sayapnya agak besar."

3. Berikan rasa aman dan percaya diri. Dengan ini anak akan menjadi seorang yang berani, tidak ragu, berani mengambil keputusan, berani mengambil risiko, dan bertanggung jawab.

4. Hargai karya anak. Seperti apa bentuknya? Cukup dengan perkataan positif, memberikan pujian yang tulus, atau sesekali boleh memberikan hadiah.

5. Berikan tantangan. Dengan cara ini, anak akan "memeras" otak untuk mendapatkan jalan keluar. Otaknya pun akan terus dirangsang untuk berpikir kreatif, menyukai tantangan, dan menguasai keterampilan tertentu.

6. Tidak memanjakan anak. Memberikan rasa kasih sayang memang perlu, tapi tidak harus memanjakannya. Selain membuat anak malas, kreativitasnya juga bisa mandek.

7. Jalin komunikasi yang baik. Ini adalah kunci kesuksesan membentuk anak kreatif. Jika komunikasi kita nyambung dan dimengerti anak, apa yang kita mau atau upayakan akan tecermin dalam usaha anak.

8. Sering-sering memberikan pilihan pada anak. Dengan ini anak akan terbiasa dan terkondisi untuk bisa menilai sesuatu, selektif, hati-hati, dan membuat pertimbangan. Beberapa tindakan berikut bisa dicoba:
- Beri anak kebebasan memilih saat kita membelikan sesuatu.
- Hindari "salah" atau "jangan" dalam setiap perkataan. Lebih baik katakan, "sebaiknya", "kurang benar", dan  kata sejenis yang menunjukkan adanya alternatif lain.
- Hargai setiap pendapat anak.

9. Jangan menyepelekan anak. Mungkin karena menganggapnya masih terlalu kecil, anak tidak dianggap keberadaannya. Jadi, libatkan anak dalam diskusi, sharing, atau mengajaknya melakukan aktivitas bersama. Dengan cara itu akan ada banyak masukan yang anak terima, dia juga akan mempunyai banyak bahan yang bisa membuatnya kreatif.

SUMBER: http://kesehatan.kompas.com/read/2010/05/22/12201141/Latih.Anak.agar.Kreatif

Jumat, 21 Mei 2010

KESEHATAN IBU DAN ANAK: PERSEPSI BUDAYA DAN DAMPAK KESEHATANNYA

OLEH: LINDA T. MAAS
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

Pendahuluan :
Hingga saat ini sudah banyak program-program pembangunan kesehatan di Indonesia yang ditujukan pada penanggulangan masalah-masalah kesehatan ibu dan anak. Pada dasarnya program-program tersebut lebih menitik beratkan pada upaya-upaya penurunan angka kematian bayi dan anak, angka kelahiran kasar dan angka kematian ibu. Hal ini terbukti dari hasil-hasil survei yang menunjukkan penurunan angka kematian bayi dan anak, angka kelahiran kasar. Namun tidak demikian halnya dengan angka kematian ibu (MMR) yang selama dua dekade ini tidak menunjukkan penurunan yang berarti. SKRT 1994 menunjukkan hahwa MMR sebesar 400 – 450 per 100.000 persalinan.
Selain angka kematian, masalah kesehatan ibu dan anak juga menyangkut angka kesakitan atau morbiditas. Penyakit-penyakit tertentu seperti ISP A, diare dan tetanus yang sering diderita oleh bayi dan anak acap kali berakhir dengan kematian. Demikian pula dengan peryakit-penyakit yang diderita oleh ibu hamil seperti anemia, hipertensi, hepatitis dan lain-lain dapat membawa resiko kematian ketika akan, sedang atau setelah persalinan.
Baik masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, pacta dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu.
Makanan, penyakit dan kesehatan anak.
Salah satu faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi kondisi kesehatan bayi adalah makanan yang diberikan. Dalam setiap masyarakat ada aturan-aturan yang menentukan kuantitas, kualitas dan jenis-jenis makanan yang seharusnya dan tidak seharusnya dikonsumsi oleh anggota-anggota suatu rumah tangga, sesuai dengan kedudukan, usia, jenis kelamin dan situasi-situasi tertentu. Misalnya, ibu yang sedang hamil tidak diperbolehkan atau dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tertentu; ayah yang bekerja sebagai pencari nafkah berhak mendapat jumlah makanan yang lebih banyak dan bagian yang lebih baik daripada anggota keluarga yang lain; atau anak laki-laki diberi makan lebih dulu daripada anak perempuan. Walaupun pola makan ini sudah menjadi tradisi ataupun kebiasaan, namun yang paling berperan mengatur menu setiap hari dan mendistribusikan makanan kepada keluarga adalah ibu; dengan kata lain ibu mempunyai peran sebagai gate- keeper dari keluarga.
Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihat konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan pola pemberian makan pada bayi yang berbeda, dengan konsepsi kesehatan modern. Sebagai contoh, pemberian ASI menurut konsep kesehatan moderen ataupun medis dianjurkan selama 2 (dua) tahun dan pemberian makanan tambahan berupa makanan padat sebaiknya dimulai sesudah bayi berumur 4 tahun. Namun, pada suku Sasak di Lombok, ibu yang baru bersalin selain memberikan nasi pakpak (nasi yang telah dikunyah oleh ibunya lebih dahulu) kepada bayinya agar bayinya tumbuh sehat dan kuat. Mereka percaya bahwa apa yang keluar dari mulut ibu merupakan yang terbaik untuk bayi. Sementara pada masyarakat Kerinci di Sumatera Barat, pada usia sebulan bayi sudah diberi bubur tepung, bubur nasi nasi, pisang dan lain-lain. Ada pula kebiasaan memberi roti, pisang, nasi yangsudah dilumatkan ataupun madu, teh manis kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar. Demikian pula halnya dengan pembuangan colostrum (ASI yang pertama kali keluar). Di beberapa masyarakat tradisional, colostrum ini dianggap sebagai susu yang sudah rusak dan tak baik diberikan pada bayi karena warnanya yang kekuning-kuningan. Selain itu, ada yang menganggap bahwa colostrum dapat menyebabkan diare, muntah dan masuk angin pada bayi. Sementara, colostrum sangat berperan dalam menambah daya kekebalan tubuh bayi.
Walaupun pada masyarakat tradisional pemberian ASI bukan merupakan permasalahan yang besar karena pada umumnya ibu memberikan bayinya ASI, namun yang menjadi permasalahan adalah pola pemberian ASI yang tidak sesuai dengan konsep medis sehingga menimbulkan dampak negatif pada kesehatan dan pertumbuhan bayi. Disamping pola pemberian yang salah, kualitas ASI juga kurang. Hal ini disebabkan banyaknya pantangan terhadap makanan yang dikonsumsi si ibu baik pada saat hamil maupun sesudah melahirkan. Sebagai contoh, pada masyarakat Kerinci ibu yang sedang menyusui pantang untuk mengkonsumsi bayam, ikan laut atau sayur nangka. Di beberapa daerah ada yang memantangkan ibu yang menyusui untuk memakan telur.
Adanya pantangan makanan ini merupakan gejala yang hampir universal berkaitan dengan konsepsi "panas-dingin" yang dapat mempengaruhi keseimbangan unsur-unsur dalam tubuh manusia -tanah, udara, api dan air. Apabila unsur-unsur di dalam tubuh terlalu panas atau terlau dingin maka akan menimbulkan penyakit. Untuk mengembalikan keseimbangan unsur-unsur tersebut maka seseorang harus mengkonsumsi makanan atau menjalani pengobatan yang bersifat lebih "dingin" atau sebaliknya. Pada, beberapa suku bangsa, ibu yang sedang menyusui kondisi tubuhnya dipandang dalam keadaan "dingin" sehingga ia harus memakan makanan yang "panas" dan menghindari makanan yang "dingin". Hal sebaliknya harus dilakukan oleh ibu yang sedang hamil (Reddy, 1990).
Menurut Foster dan Anderson (1978: 37), masalah kesehatan selalu berkaitan dengan dua hal yaitu sistem teori penyakit dan sistem perawatan penyakit. Sistem teori penyakit lebih menekankan pada penyebab sakit, teknik-teknik pengobatan pengobatan penyakit. Sementara, sistem perawatan penyakit merupakan suatu institusi sosial yang melibatkan interaksi beberapa orang, paling tidak interaksi antar pasien dengan si penyembuh, apakah itu dokter atau dukun. Persepsi terhadap penyebab penyakit akan menentukan cara pengobatannya. Penyebab penyakit dapat
dikategorikan ke dalam dua golongan yaitu personalistik dan naturalistik. Penyakit- penyakit yang dianggap timbul karena adanya intervensi dari agen tertentu seperti perbuatan orang, hantu, mahluk halus dan lain-lain termasuk dalam golongan personalistik. Sementara yang termasuk dalam golongan naturalistik adalah penyakit- penyakit yang disebabkan oleh kondisi alam seperti cuaca, makanan, debu dan lain-lain.
Dari sudut pandang sistem medis moderen adanya persepsi masyarakat yang berbeda terhadap penyakit seringkali menimbulkan permasalahan. Sebagai contoh ada masyarakat pada beberapa daerah beranggapan bahwa bayi yang mengalami kejang- kejang disebabkan karena kemasukan roh halus, dan hanya dukun yang dapat menyembuhkannya. Padahal kejang-kejang tadi mungkin disebabkan oleh demam yang tinggi, atau adanya radang otak yang bila tidak disembuhkan dengan cara yang tepat dapat menimbulkan kematian. Kepercayaan-kepercayaan lain terhadap demam dan diare pada bayi adalah karena bayi tersebut bertambah kepandaiannya seperti sudah mau jalan. Ada pula yang menganggap bahwa diare yang sering diderita oleh bayi dan anak-anak disebabkan karena pengaruh udara, yang sering dikenal dengan istilah "masuk angin". Karena persepsi terhadap penyebab penyakit berbeda-beda, maka pengobatannyapun berbeda-beda. Misalnya, di suatu daerah dianggap bahwa diare ini disebabkan karena "masuk angin" yang dipersepsikan sebagai "mendinginnya" badan anak maka perlu diobati dengan bawang merah karena dapat memanaskan badan si anak.
Sesungguhnya pola pemberian makanan pada anak, etiologi penyakit dan tindakan kuratif penyakit merupakan bagian dari sistem perawaatan kesehatan umum dalam masyarakat (Klienman, 1980). Dikatakan bahwa dalam sistem perawatan kesehatan ini terdapat unsur-unsur pengetahuan dari sistem medis tradisional dan moderen. Hal ini terlihat bila ada anak yang menderita sakit, maka si ibu atau anggota keluarga lain akan melakukan pengobatan sendiri (self treatment) terlebih dahulu, apakah itu dengan menggunakan obat tradisional ataupun obat moderen. Tindakan pemberian obat ini merupakan tindakan pertama yang paling sering dilakukan dalam upaya mengobati penykit dan merupakan satu tahap dari perilaku mencari penyembuhan atau kesehatan yang dikenal sebagai "health seeking behavior". Jika upaya ini tidak berhasil, barulah dicari upaya lain misalnya membawa ke petugas kesehatan seperti dokter, mantri dan lain-lain.
Kehamilan, persalinan dan kematian ibu.
Permasalahan utama yang saat ini masih dihadapi berkaitan dengan kesehatan ibu di Indonesia adalah masih tingginya angka kematian ibu yang berhubungan dengan persalinan. Menghadapi masalah ini maka pada bulan Mei 1988 dicanangkan program Safe Motherhood yang mempunyai prioritas pada peningkatan pelayanan kesehatan wanita terutama paada masa kehamilan, persalinan dan pasca persalinan.
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (ante natal care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri. Pacta berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter.
Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi. Pada penelitian yang dilakukan yang dilakukan di RS Hasan Sadikin, Bandung, dan 132 ibu yang meninggal, 69 diantaranya tidak pernah memeriksakan kehamilannya atau baru datang pertama kali pada kehamilan 7 -9 bulan (Wibowo, 1993). Selain dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan, permasalahan-permasalahan pada kehamilan dan persalinan dipengaruhi juga oleh faktor nikah pada usia muda yang masih banyak dijumpai di daerah pedesaan. Disamping itu, dengan masih adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak khususnya pada beberapa suku, yang menyebabkan istri mengalami kehamilan yang berturut-turut dalam jangka waktu yang relatif pendek, menyebabkan ibu mempunyai resiko tinggi pacta saat melahirkan.
Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan- pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan. Dari data SKRT 1986 terlihat bahwa prevalensi anemia pada wanita hamil di Indonesia sebesar 73,7%, dan angka menurun dengan adanya program-program perbaikan gizi menjadi 33% pada tahun 1995. Dikatakan pula bahwa penyebab utama dari tingginya angka anemia pada wanita hamil disebabkan karena kurangnya zat gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan darah.
Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan. Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Contoh lain di daerah Subang, ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. Selain itu, larangan untuk memakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat di daerah pedesaan. (Wibowo, 1993).
Memasuki masa persalinan merupakan suatu periode yang kritis bagi para ibu hamil karena segala kemungkinan dapat terjadi sebelum berakhir dengan selamat atau dengan kematian. Sejumlah faktor memandirikan peranan dalam proses ini, mulai dari ada tidaknya faktor resiko kesehatan ibu, pemilihan penolong persalinan, keterjangkauan dan ketersediaan pelayanan kesehatan, kemampuan penolong persalinan sampai sikap keluarga dalam menghadapi keadaan gawat.
Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1992 rnenunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun beranak. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan si ibu. Penelitian Iskandar dkk (1996) menunjukkan beberapa tindakan/praktek yang membawa resiko infeksi seperti "ngolesi" (membasahi vagina dengan rninyak kelapa untuk memperlancar persalinan), "kodok" (memasukkan tangan ke dalam vagina dan uterus untuk rnengeluarkan placenta) atau "nyanda" (setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandar dan kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).
Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan karena beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya murah, mengerti dan dapat membantu dalam upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta merawat ibu dan bayi sampai 40 hari. Disamping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada. Walaupun sudah banyak dukun beranak yang dilatih, namun praktek-praktek tradisional tertentu rnasih dilakukan.
lnteraksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong persalinan sangat menentukan hasil persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup. Secara medis, . penyebab klasik kematian ibu akibat melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia (keracunan kehamilan). Kondisi-kondisi tersebut bila tidak ditangani secara tepat dan profesional dapat berakibat fatal bagi ibu dalam proses persalinan. Namun, kefatalan ini sering terjadi tidak hanya karena penanganan yang kurang baik tepat tetapi juga karena ada faktor keterlambatan pengambilan keputusan dalam keluarga. Umumnya, terutama di daerah pedesaan, keputusan terhadap perawatan medis apa yang akan dipilih harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua; atau keputusan berada di tangan suami yang seringkali menjadi panik melihat keadaan krisis yang terjadi.
Kepanikan dan ketidaktahuan akan gejala-gejala tertentu saat persalinan dapat menghambat tindakan yang seharusnya dilakukan dengan cepat. Tidak jarang pula nasehat-nasehat yang diberikan oleh teman atau tetangga mempengaruhi keputusan yang diambil. Keadaan ini seringkali pula diperberat oleh faktor geografis, dimana jarak rumah si ibu dengan tempat pelayanan kesehatan cukup jauh, tidak tersedianya transportasi, atau oleh faktor kendala ekonomi dimana ada anggapan bahwa membawa si ibu ke rumah sakit akan memakan biaya yang mahal. Selain dari faktor keterlambatan dalam pengambilan keputusan, faktor geografis dan kendala ekonomi, keterlambatan mencari pertolongan disebabkan juga oleh adanya suatu keyakinan dan sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan takdir yang tak dapat dihindarkan.
Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih diberlakukan juga pada masa pasca persalinan. Pantangan ataupun anjuraan ini biasanya berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI; ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Secara tradisional, ada praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranak untuk mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu. Misalnya mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula; memasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan kedalam vagina dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses persalinan; atau memberi jamu tertentu untuk memperkuat tubuh (Iskandar et al., 1996).
lmplikasi terhadap kebijakan pembangunan KIA.
Uraian sebelumnya telah memperlihatkan bahwa dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak melalui program-program pembangunan kesehatan perlu memperhatikan aspek-aspek sosial-budaya masyarakat. Menempatkan petugas kesehatan dan membangun fasilitas kesehatan semata tidaklah cukup untuk mengatasi masalah-masalah KIA di suatu daerah. Seperti diketahui ternyata perilaku-perilaku kesehatan di masyarakat baik yang menguntungkan atau merugikan kesehatan banyak sekali dipengaruhi oleh faktor sosial budaya.
Pada dasarnya, peran kebudayaan terhadap kesehatan masyarakat adalah dalam membentuk, mengatur dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan. Memang tidak semua praktek/perilaku masyaiakat yang pada awalnya bertujuan untuk menjaga kesehatan dirinya adalah merupakan praktek yang sesuai dengan ketentuan medis/kesehatan. Apalagi kalau persepsi tentang kesehatan ataupun penyebab sakit sudah berbeda sekali dengan konsep medis, tentunya upaya mengatasinya juga berbeda disesuaikan dengan keyakinan ataupun kepercayaan-kepercayaan yang sudah dianut secara turun-temurun sehingga lebih banyak menimbulkan dampak-dampak yang merugikan bagi kesehatan. Dan untuk merubah perilaku ini sangat membutuhkan waktu dan cara yang strategis. Dengan alasan ini pula dalam hal penempatan petugas kesehatan dimana selain memberi pelayanan kesehatan pada masyarakat juga berfungsi sebagai agen perubah (change agent) maka pengetahuan dan kemampuan berkomunikasi dari petugas kesehatan sangat diperlukan disamping kemampuan dan ketrampilan memberi pelayanan kesehatan.
Mengingat bahwa dari indikator-indikator yang ada menunjukkan derajat kesehatan ibu dan anak masih perlu diingkatkan, maka dalam upaya perbaikannya perlu pendekatan-pendekatan yang dilakukan secara holistik dan integratif yang tidak hanya terbatas pada bidang kesehatan secara medis saja tetapi juga ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya. Dalam hal melakukan upaya-upaya perbaikan perlu disadari bahwa hubungan ibu dan anak sangat erat dimana kondisi kesehatan ibu akan dapat secara langsung mempengaruhi kondisi kesehatan anaknya, baik mulai dari kandungan maupun setelah persalinan. Oleh karena itu, penting sekali menempatkan konteks reproduksi dalam program KIA sehingga diharapkan kondisi kesehatan seseorang benar-benar dapat terpelihara sesuai dengan konsep medis yang tepat sejak ia berada dalam kandungan, masa kanak-kanak, masa remaja hingga dewasa.

Kepustakaan :
Central Bureau of Statistics et al 1995 Indonesia DemograQhic and health Survey
Departemen Kesehatan R.I 1994 Profil Kesehatan Indonesia 1994, Pusat Data Kesehatan, Jakarta
Foster, George M dan Barbara G. Anderson 1986 Antropologi Kesehatan, diterjemahkan oleh Meutia F. Swasono dan Prijanti Pakan. Jakarta: UI Press
Iskandar, Meiwita B., et al 1996 Mengungkap Misteri Kematian Ibu di Jawa Barat, Depok, Pusat Penelitian Kesehatan Lembaga Penelitian, Universitas Indonesia.
Kalangi, Nico S 1994 Kebudayaan dan Kesehatan, Jakarta: Megapoin.
Koentjaraningrat dan A.A Loedin 1985 llmu-ilmu sosial dalam Pembangunan Kesehatan, Jakarta: PT Gramedia.
Raharjo, Yulfita dan Lorraine Comer 1990 "Cultur Attitudes to health and sickness in public Health programs: a demand-creation approach using data from West Aceh, Indonesia",Health Transition: The Cultural. Social and Behavioral determinants of Health, volume 11. Disunting oleh John C. Caldwell, et al., Canberra: Health Transition Centre.
Reddy, P.H. 1990 "Dietary practices during pregnancy, lactation and infaancy : Implications for Health", Health Transition : The Culture. Social and Behavioral determinants of Health, volume II. Disunting oleh John C. Caldwell, et al., Canberra: Health Transition Centre.
Wibowo, Adik 1993 Kesehatan Ibu di Indonesia: Status "Praesens" dan Masalah yang dihadapi di lapangan. Makalah yang dibawakan pada Seminar " Wanita dan Kesehatan", Pusat Kaajian Wanita FISIP UI, di Jakarta

Sumber: http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm%20linda2.pdf

TIPSMEMILIH NAMA ANAK-NAMA BAYI

Tips Memilih Nama Anak - Nama Bayi

1.Pilihlah nama yang baik

Mungkin ada ungkapan yang menyatakan “Apalah arti sebuah nama”. Namun, hendaknya setiap orang tua menyadari bahwa nama anak atau nama bayi sangatlah penting bagi anak atau bayi itu. Nama anak atau nama bayi adalah identitas. Anak atau bayi Anda akan dipanggil dengan nama tersebut oleh semua orang. Apalah jadinya jika nama yang Anda berikan kepada anak atau bayi tidak bagus.

2.Pilihlah nama yang mudah dieja

Nama anak atau nama bayi Anda akan sering disebut / dipanggil. Nama anak atau nama bayi Anda juga akan sering ditulis untuk berbagai keperluan. Karena itulah, permudah orang untuk memanggil nama anak atau nama bayi Anda dengan cara memilih nama yang mudah dieja.

3.Pilih nama yang memiliki arti baik

Dalam agama, nama berarti doa. Artinya nama anak atau nama bayi adalah doa baginya. Karena itu, pilihlah nama anak atau nama bayi Anda dengan baik.

4.Jangan terlalu panjang

Walaupun nama sangat penting bagi anak atau bayi Anda, namun janganlah memberi nama terlalu panjang. Cukup 2 hingga 3 kata saja.

5.Jangan memilih nama yang Anda tidak mengetahui artinya

Hindari memilih nama anak atau nama bayi yang Anda sendiri tidak mengetahui artinya. Jika nama tersebut ternyata memiliki arti baik sih, tidak mengapa. Namun, jika ternyata nama yang Anda pilih memiliki arti yang buruk, bagaimana ?

Itulah beberapa tips memilih nama anak atau nama bayi. Semoga tips memilih nama anak / nama bayi ini bermanfaat untuk Anda. Selamat berbahagia bersama bayi dan anak Anda Semoga sukses




Sumber: AL ARIF, Sked*,  http://www.anakcerdas.blogspot.com/

Selasa, 11 Mei 2010

DIET TELEVISI

 
Akhir-akhir ini, saya sedang berkonsentrasi melakukan diet teve  untuk kedua buah hati. Masalah ini timbul ketika kami terpaksa harus menumpang di orang tua dengan berbagai pertimbangan. Di rumah neneknya, televisi terbiasa menyala hampir 24 jam sehari. bahkan ketika tidak ada yang menonton. Wuih…! Repot, kan?

Sehingga  menonton teve menjadi kebiasaan baru buah hati saya.  Dan ternyata  banyak yang mengalami masalah seperti yang saya alami. Coba simak data yang ysaya kutip dari majalah Ummi ini : Dari Penelitian UNDIP dalam menyiapkan baseline data untuk Pendidikan Media 2008 mendapati mayoritas anak-anak yang diteliti mengaku mnghabiskan waktu 3-5 jam pada hari sekolah dan 4-6 jam pada hari libur untuk menonton televisi. Bahkan beberapa dari mereka secara ekstrem mengaku menonton teve 16 jam pada hari libur!. Sebesar 72,9% anak-anak yang menjadi responden Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA) 2009 menonton teve selama 4,3 jam per hari. Padahal Menurut Kepala Divisi Informasi Yayasan  Kesejahteraan Anak Indonesia Bobi Guntarto menyarankan agar bayi usia 0-3 tahun tidak perlu diberi suguhan televisi. Untuk anak SD pun televisi hanya boleh ditonton sebanyak 2 jam sehari.
Jumlah jam menonton itu sendiri didukung  jumlah tayangan anak yang kian beragam di banyak stasiu  teve. Pada pekan ketiga Maret 2009 diperoleh data, total durasi program anak di semua teve swasta adalah 125 jam. Namun ternyata, 6 % anak-anak menonton  komedi situasi dan 5,9% menonton sinetron remaja. Bahkan AGB Nielsen (2008) menemukan, bahwa top 10 program yang ditonton anak-anak  5 tahun ke atas adalah reality show seperti termehek-mehek dan Me vs Mom.

Kenapa ya, anak  suka menonton TV?
Menurut Rubin, seorang peneliti media, sejumlah motivasi bagi anak dan remaja menonton teve :
  1. Relaksasi. Bagi banyak anak, menonton membuat mereka rileks dan santa.
  2. Menjadi teman. Menonton teve ibarat teman yang membuat  anak tidak merasa kesepian.
  3. Karena kebiasaan. Saking seringnya dilakukan, menonton teve bisa menjadi kebiasaan. Apalagi kalau tidak ada aturan menonton teve di rumah.
  4. Menghabiskan waktu. Banyak anak yang akhirnya lari ke teve karena tidak punya kegiatan lain yang harus dilakukan. Banyaknya waktu luang membuat mereka menonton teve.
  5. Untuk interaksi sosial. Menonton teve bisa menjadi kegiatan bersama dengan teman-temannya. selain itu menonton teve bisa menjadi bahan obrolan yang me ngasyikan dengan teman dan sahabat.
  6. Mendapatkan informasi. Teve dianggap dapat memberikan info mengenai hal-hal baru dan kejadian di sekeliling mereka.
  7. Seru, menarik dan semangat. Bagi banyak anak, menonton teve itu seru, menarik dan  membangkitkan semangat. Pernah melihat anak-anak terpaku menyaksikan film animasi avatar atau naruto?. Bagi mereka tontonan seperti ini  seru dan membuat semangat.
  8. Melarikan diri (escape). Melepaskan diri dari kewajiban, keluarga atau hal yang tidak ingin dikerjakannya.
  9. Hiburan. Televisi adalah hiburan yang murah meriah, mudah di dapat di mana saja.
Kenapa harus Diet?

Banyaknya tontonan kekerasan dan supranatural
Hendriyani dkk (2009) menemukan bahwa program anak-anak yang tersedia mulai pukul 04.30-20.00 WIB adalah program import yang berkategori animasi. Yang temanya sebagian besar kekerasan dan supranatural. Adegan kekerasan berpotensi menbuat anak meniru kekerasan serupa. Mungkin masih segar dalam ingatan kita kasus meninggalnya Reza Ikhsan Fadilah (9) tahun tewas setelah diplintir ketiga temannya yang meniru adegan Smackdown, beberapa waktu yang lalu.
Ada yang lebih leboh lagi. Pada tahun 1999 Amerika Digemparkan dengan peristiwa penyandraan sebuah sekolah menengah di Kota Littleton selama 5 jam. Penyanderaan dilakukan oleh 2 orang siswa sekolah tersebut. Tidak main-main, penyanderaan dilakukan dengan memakai senjata api. Tragedi berdarah ini menelan korban tewas 12 orang dan seorang guru serta mencederai 23 orang. Penyaderaan berakhir dengan bunuh diri 2 orang penyadera tersebut dengan cara menembak diri mereka sendiri.
Setelah diselidiki, ternyata motif mereka melakukan hal tersebut semata demi membayangkan diri mereka tengah berada dalam cerita serupa dalam video yang mereka tonton.Tragis!
Hati-hati juga dengan tayangan berita kriminal  di televisi, hal ini dapat mengganggu pola pikir anak. Misalnya berita poembunuhan atau bunuh diri dengan memperlihatkan kondisi mayat  yang mengenaskan. Anak-anak bisa jadi terinspirasi dan meniru bentuk penyelesaian masalah yan dilihat dari televisi, tanpa mempertimbangkan dampaknya.
Sedangkan tayangan supranatural berpotensi syirik ayang akan mengotori akidah ank-anak kita. Anak akan terpesona dengan kekuatan benda gaib, tokoh jagoan dan melupakan kekuasaan Allah.
Banyak yang tidak bermutu
Sebagian besar data yang disajikan  stasiun teve adalah data yang tidak berguna (data smog, istilah David Shenk ). Yang tidak akan dapat memberi manfaat untu buah hati kita.

Mengganggu interaksi sosial
Anak yang sudah kecanduan teve, cenderung malas untuk  berinteraksi sosial dan menjadi pasif. Interaksi denngan teman dan keluarga digantikan dengan keasyikan menonton suguhan di layar kaca. Begitu pula kesempatan mengembangkan minat akan hilang, sebab minatnya hanya tertuju pada teve. Hal ini tentu tidak baik terhadap  perkembangan soisl, motorik maupun emosionalnya. Anak akan lebih sulit bekerjasama, mengendalikan emosinya. Selain itu anak dapat mengalami gangguan tidur karena hal-hal seram yang sering terlihat dalam film-film mistik ataupun horor tampak nyata bagi mereka.
Ada temuan yang menarik dari Hasil Temuan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) terhadap film-film kartun. Film yang mengusung tema kepahlawanan ternyata lebih banbyak mengandung adegan antisosial (63,5%) daripada prososial (36,4%)
’Coach Potato Problem’
Duduk berlama-lam amenonton  menyebabkan kegiatan fisik anak-anak berkurang. Dan jika nonton dilakukan sambil ngemil, dapat timbul gangguan ’Coach Potato Problem’ atau kegemukan. Istilah ini menggambarkan postur tubuh anak yang seperti kentang duduk. Bentuk tubuh ini dapat mengganggu pengembangan motorik kasak dan motorik halusnya.

Dapat menyebabkan gangguan fisik
Pada beberapa kasus di  jepang, sejumlah film kartun atau games-Karena komposisi gambar dan warna serta adegannya-menimbulkan kejang-kejang atau sawan pada anak. Gangguan inimuncul karena memang tayangan itu langsung berhubungan dengan mata dan saraf.
KECANDUAN TV
Hati – hati jika anak :
  1. Kegiatannya hanya menonton TV, melakukan segala sesuatu sambil menonton TV
  2. Malas bergerak
  3. Malas melakukan kegiatan lain yang dulu sangat diminati
  4. Malas berinteraksi, menarik diri dari pergaulan
  5. Selalu membicarakan segala sesuatu yang berkaitan dengan tontonannya
  6. Menjadi mudah marah dan sensitif ketika diminta berhenti menonton
  7. Belajar terganggu, malas mengerjakan PR dan sulit memusatka perhatian
karena jika ada gejala-gejala di atas  berarti anak kita sudah tergantung TV. hal ini tentu kan menggangu pula akademisnya. Nauzubillah

Diet TV, yuk!

Fakta-fakta di atas semakin mebuat saya miris, dan mendorong saya untuk menjalankan berbagai program diet TV.
Mulai dari diri sendiri
Keteladanan akan membekas pada diri anak kita. Jadi ketika saya ingin melakukan diet TV pada anak-anak kita, saya memulai dari diri saya sendiri.  Karena kalau anak sering melihat kita menonton televisi, anak pun akan meniru kebiasaan kita
Jika memungkinkan, diskusikan bahaya TV untuk anak dengan orang-orang di rumah.
Hal ini akan menyamakan pandangan tentang TV dan lebih jauhnya mendukung program diet TV Walaupun hal ini tidak mudah, karena  yang saya hadapi adalah orang tua. Dan terlebih, kami nebeng di sana. Kesamaan nilai akan mempengaruhi keberhasilan program ini. Jika kita ketat terhadap televisi, tapi yang lain tidak, sulit untuk berhasil
Membuat aturan menonton TV
Termasuk waktu menonton, jenis, tontonan dan lamanya menonton. menonton TV bisa dijadikan reward and funisment atas perilaku baik atau kedisiplinan anak. Misalnya boleh nonton TV kalau sudah mandi dan makan.. Sebaliknya,jam menonton  dikurangi jika anak sulit mandi atau makan
Pendampingan ketika menonton TV
Selain menciptakan kebersamaan, pendampingan kita untuk menonton TV adalah kesempatan untuk mengklarifikasi hal yang tidak tepat, atau menerangkan hal yang belum jelas untuk anak.
Beralih ke TV kabel atau nonton DVD
Saya sempat terhenyak melihat iklan sebuah minuman ringan yang penuh adegan pornoaksi, dan  serba permisif. Ditambah lagi durasinya sangat lama. Saking lamanya, saya kira video klip. Dan yang paling tragis, iklan itu diputar ketika jam tayang film anak. Jenis film mungkin masih bisa kita seleksi, tapi hati-hati dengan tayangan iklan yang tidak bisa kita seleksi. Hal ini membuat saya lebih tenang membiarkan anak-anak menonton DVD daripada menonton tayangan televisi, walaupun  film yang diputar di TV itu sama dengan yang di DVD.
Membuat sebanyak-banyaknya alternatif kegiatan
Akan lebih mudah ketika kita membuat jadwal harian anak-anak, beserta berbagai kegiatan yang menarik seperti bersepeda, membersihkan kamar, memberi makan hewan peliharaan dan lain-lain. Selain mencegah anak-anak dari menonton televisi, hal ini menyenangkan dan bernilai edukatif bagi anak. Jadwal ini sangat membantu, terlebih ketika  kita sedang mendelegasikan pengawasan anak pada orang lain, ketikabkita harus beraktivitas ke luar rumah
Menciptakan nuansa spiritual di rumah
Suasana spiritual yang kenal akan membangun akidah dan moral anak. Yang dapat mengcounter pengaruh TV yang tidak baik.
Misalnya dengan membiasakan shalat tepat waktu dengan mengajak anak, ketika adzan TV dimatikan, dan mengaji pada waktu-waktu tertentu. Menceritakan kisah-kisah yang mengandung nilai moral dan spiritual.
Ayah, Bunda, Semoga Allah memudahkan program diet TV kita semua.. Amien
dr. Ariani
http://Parentingislami.wordpress.com
Sumber data :
  • Majalah Ummi no 9 Januari 2010
  • Parent Guide No 12 September 2004
  • Catatan pribadi

Jumat, 07 Mei 2010

RAGAM STIMULASI GERAK BIAR ANAK CERDAS

JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak bergerak, selain membuat anak aktif, juga dapat mengembangkan seluruh aspek kecerdasannya. Di sisi lain, perkembangan kinestetik akan memperkuat kesadaran sensori yang dimulai pada sistem saraf dan berujung pada sendi dan otot.

Stimulasi kinestetik atau gerak diberikan melalui rangsangan gerak tubuh yang kemudian akan direspon anak dengan gerakan tubuh pula. Stimulasi ini sangat bermanfaat terutama dalam menumbuhkembangkan potensi kecerdasan anak.

Menurut Drs. Bambang Sujiono, MPd., respon yang ditunjukkan oleh anak merupakan gerakan otot-otot tubuh sebagai akibat dari adanya perintah dari sel saraf pusat.

Hampir setiap respon gerakan melalui perintah otak. Kecuali gerak refleks tubuh yang merupakan gerakan spontan otot-otot tubuh tanpa adanya perintah dari otak. Itu sebabnya, bila rangsangan kinestetik diberikan kepada anak dengan melibatkan gerakan tubuh, sel-sel otaknya semakin banyak terstimulasi. Ini berarti, seluruh potensi kecerdasan yang dimiliki anak akan tumbuh dan berkembang.

Staf Pengajar di Fakultas Ilmu Keolahragaan UNJ ini, kemudian memberikan ragam stimulasi kinestetik mulai usia 0 hingga 6 tahun.

Usia 0-1 tahun
Di usia 3-4 bulan kandungan, janin sudah menunjukkan gerakan tubuh pertamanya, yang semakin bertambah sejalan dengan pertambahan usia kehamilan. Gerakan kedua muncul saat bayi lahir, yaitu gerak refleks.

“Gerakan seperti mengisap puting susu ibu, gerak refleks tangan dan kaki, mengangkat kepala saat ditengkurapkan, dan membuka jari saat telapak tangannya disentuh, merupakan gerakan refleks yang bertujuan untuk bertahan hidup,” tutur konsultan dan stimulator potensi kecerdasan anak ini.

Ditambahkan ayah tiga anak ini, gerak refleks seharusnya distimulasi agar kemampuan awal si kecil terbentuk. Contohnya, bila gerak refleks tangan distimulasi dengan baik, dalam usia 2-3 bulan, bayi memiliki kemampuan menggenggam benda-benda yang berukuran besar.

Stimulasi yang bertahap dan berjenjang akan memberikan manfaat dalam kemampuan dan keterampilan menggenggam pada bayi. Bayi akan mampu menggenggam benda-benda yang lebih kecil hingga akhirnya bisa menggenggam sendok atau pensil warna.

Kemampuan kinestetik lain yang mesti dimiliki bayi usia 3-6 bulan adalah merayap dan merangkak. Kemampuan ini merupakan awal dari perkembangan bergerak maju, duduk, berdiri, dan berjalan. Orangtua bisa menempatkan bola warna-warni di depan bayi saat ia tengkurap. Warna-warni akan menarik bayi untuk mengambil dengan berusaha bergerak maju.

Setelah merangkak, anak akan belajar berjalan. Untuk berjalan, diperlukan kekuatan otot kaki, punggung, perut, keseimbangan tubuh, koordinasi mata-tangan-kaki, serta aspek mental, emosional, dan keberanian. Dengan banyaknya aspek yang terlibat dalam proses berdiri dan berjalan, jumlah sel otak yang terstimulasi pun bertambah banyak. Saat belajar berjalan, anak mencoba merambat dan berdiri sambil berpegangan benda-benda yang kuat.

Usia 1-2 tahun
Di usia setahun, seluruh kemampuan dan keterampilan kinestetiknya sudah terbentuk. Untuk itu, perlu diberikan pengembangan stimulasi dengan penambahan pada bentuk, media, tingkat kesulitan, dan lainnya. Cara yang mudah adalah banyak bermain bersama anak seperti berlari, melompat, melempar, menangkap, berguling, dan lain-lain.

Anak akan lebih mudah belajar melempar daripada menangkap. Agar kemampuan anak menangkap bola atau benda bertambah, rajin-rajinlah orangtua bermain lempar-tangkap bola. Dengan cara ini pula kemampuan koordinasi mata dan tangan anak akan terlatih. Bila anak sudah mampu menangkap dan melempar, tingkat kesulitannya bisa ditambah. Contohnya, menambah jarak lempar-tangkap, mengganti bola yang lebih besar dengan yang kecil, serta arah lemparan semakin cepat.

Teknik-teknik tersebut akan membantu menguatkan otot-otot lengan anak serta mengembangkan keterampilan motorik halus dan kasar, koordinasi mata-tangan, visual-spasial, kecepatan reaksi, dan kelenturan. Kesemuanya, menurut Bambang, merupakan respon dari sel-sel otak.

Keterampilan motorik halus dan kasar berguna untuk kemampuan menulis, menggambar, melukis, dan keterampilan tangan lainnya. Anak juga bisa dilatih mengembangkan otot kaki, misalnya menendang bola, melompat dengan dua kaki, serta menaiki anak tangga (tentu dibantu orang dewasa).

Usia 3-4 tahun
Di usia ini, keterampilan dan kemampuan anak sebenarnya tidak jauh berbeda dengan anak usia 1-2 tahun. Perbedaan yang nyata hanya pada kualitasnya. Anak usia 3-4 tahun berlari lebih cepat ketimbang anak usia 1-2 tahun, lemparannya lebih kencang, dan sudah mampu menangkap dengan baik.

Kemampuan motorik kasar otot kaki anak, selain berjalan dan berlari cepat, antara lain mampu melompat dengan dua kaki, memanjat tali, menendang bola dengan kaki kanan dan kiri. Untuk motorik kasar otot lengan, anak mampu melempar bola ke berbagai arah, memanjat tali dengan tangan, mendorong kursi, dan lainnya.

Kemampuan yang melibatkan motorik halus untuk koordinasi mata-tangan, yaitu mampu memantul-mantulkan bola beberapa kali, menangkap bola dengan diameter lebih kecil, melambungkan balon, keterampilan coretan semakin baik.

Agar kemampuan dan keterampilan motorik halus serta kasar kian berkembang, anak bisa diberikan stimulasi kinestetik. Ia mencontohkan beberapa hal seperti berjalan atau berlari zigzag, berjalan dan berlari mundur untuk mengembangkan otak kanan, melompat dengan dua kaki ke berbagai arah, menendang bola dengan kaki kanan atau kiri ke berbagai arah, melempar bola ke berbagai arah dengan bola sedang sampai kecil, melempar bola ke sasaran seperti huruf, angka, atau gambar, menangkap bola dari berbagai arah, bermain bulutangkis, mencoret-coret berbagai bentuk geometri untuk mengembangkan otak kiri dan kanan, serta menggerakkan kedua tangan dan kaki dengan memukul drum mainan.

Usia 5-6 tahun
Pada usia 5-6 tahun, hampir seluruh gerak kinestetiknya dapat dilakukan dengan efisien dan efektif. Gerakannya pun sudah terkoordinasi dengan baik. Namun, seperti diungkapkan Bambang, anak kelompok usia ini lebih menyukai permainan yang tidak banyak melibatkan motorik kasar. Mereka lebih menyukai permainan yang menggunakan kemampuan berpikir seperti bermain puzzle, balok, bongkar pasang mobil, serta mulai tertarik pada games di komputer maupun play station. @ Diana Yunita Sari

Sumber: http://kesehatan.kompas.com/read/2010/05/07/16091474/Ragam.Stimulasi.Gerak.Biar.Anak.Cerdas