Senin, 26 April 2010

MENGENALKAN SAINS SEJAK DINI



Anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Rasa ingin tahu tersebut perlu difasilitasi oleh orang dewasa termasuk orang tua dan tenaga pendidik di dalamnya yang berfungsi sebagai guru anak.


Oleh: Eli Tohonan Tua Pane,S.Pd
Anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Rasa ingin tahu tersebut perlu difasilitasi oleh orang dewasa termasuk orang tua dan tenaga pendidik di dalamnya yang berfungsi sebagai guru anak. Anak dapat belajar apa saja asal tidak dipaksakan termasuk belajar sains sejak dini. Belajar sains sejak dini dimulai dengan memperkenalkan alam dengan melibatkan lingkungan untuk memperkaya pengalaman anak. Anak akan belajar bereksperimen, bereksplorasi dan menginvestigasi lingkungan sekitarnya sehingga anak mampu membangun suatu pengetahuan yang nantinya dapat digunakan pada masa dewasanya.
Teori konstruktivis percaya bahwa pengetahuan akan dibangun secara aktif oleh anak melalui persepsi dan pengalaman langsung dengan lingkungannya. Anak yang banyak bersentuhan dengan alam akan lebih baik memaknai dunia mereka sehingga anak perlu mendapatkan kesempatan berinteraksi dengan lingkungan mereka yang akan membuat mereka secara aktif terus menerus mendapatkan pengetahuan. Pada pendidikan sains untuk anak usia dini, anak akan bermain berdasarkan kebebasan dan rasa ingin tahunya yang dianggap sebagai kesempatan bagi anak untuk membangun pengetahuannya tentang dunia mereka. Sains untuk anak usia dini berdasarkan keingintahuan dari dalam dirinya dan kegiatan sains bukan hanya mengajak anak untuk melakukan pengamatan saja, tetapi juga dapat mengajak anak untuk mempelajari keaksaraan, hitungan, seni, musik, dan gerakan. Dari pandangan konstruktivis, sains untuk anak usia dini harus mengajak anak bermain dan mengeksplorasi lingkungannya. Di dalam bermain, ketika anak mengeksplorasi dan bereksperimen maka anak akan mendapatkan pemahaman baik dari keterampilan proses dan juga konsep sains, bukan hanya sekedar berfokus pada hasil akhir dari suatu jawaban yang benar. Kesempatan untuk melakukan eksplorasi dan eksperimen berulang-ulang, banyaknya bahan-bahan yang dapat dimanipulasi anak dan tersedianya waktu untuk bertanya dan melakukan refleksi sangat penting untuk mendukung kesuksesan dan menciptakan kemampuan memecahkan masalah bagi anak.
Di Kelompok Bermain, kemampuan tenaga pendidik untuk mendesain kegiatan pengenalan sains sesuai dengan kebutuhan dan minat anak sangat menentukan keberhasilan pembelajaran sains termasuk menerapkan metode pembelajaran yang beragam untuk pembelajaran sains dengan memanfaatkan sumber-sumber sains di lingkungan masing-masing. Tenaga pendidik harus mendukung dan memfasilitasi anak berlaku seperti ilmuan ”scientist” cilik tanpa mengintervensi atau membawa eksplorasi dan eksperimen mereka pada hasil yang belum matang. Mereka perlu menyediakan lingkungan pembelajaran dengan bahan-bahan yang sesuai sehingga anak terdorong untuk menyalurkan rasa ingin tahunya dalam bentuk eksperimen-eksperimen karena tenaga pendidik merupakan katalisator yang dapat menolong anak agar memiliki keterampilan berpikir dan memecahkan masalah. Disini peranan tenaga pendidik merupakan sumber bagi anak dan diharapkan menjadi model yang memiliki rasa ingin tahu yang sama dan kesenangan dalam mengeksplorasi lingkungan. Sebagai seorang ilmuan cilik anak usia dini akan melakukan pengamatan terhadap segala hal di lingkungannya, menciptakan sesuatu, memiliki ide-ide baru, menyelidiki, menganalisa dan mengevaluasi obyek yang ditelitinya. Sains sebagai sistem untuk mengetahui tentang alam semesta perlu dilakukan berdasarkan data yang dikumpulkan melalui pengumpulan data. Apakah yang perlu dilakukan tenaga pendidik ketika mengajarkan sains pada anak? Apakah menghafalkan fakta-fakta, prinsip-prinsip dan konsep-konsep? Kita mengajarkan tentang sains atau bagaimana melakukan sains? Tentunya kita akan mengajak anak untuk mengeksplorasi lebih dahulu, melatih mereka untuk bertanya dan mengemukakan alasan sampai akhirnya mereka dapat menemukan jawaban-jawaban melalui kegiatan langsung setelah melakukan percobaan dan juga melalui kegiatan mental.
Tenaga pendidik perlu mengajak anak untuk melakukan proses mengamati dan menduga. Kedua-duanya sangat berkaitan, namun memiliki perbedaan yang prinsip. Mengamati merupakan proses penggunaan semua indera anak untuk mengumpulkan data tentang sesuatu obyek atau fenomena. Mengamati merupakan suatu proses yang aktif, bukan sekedar pasif melihat sesuatu yang sedang terjadi. Mengamati merupakan keterampilan dasar yang di dalamnya mengandung unsur-unsur menduga (inferring), mengukur (measuring), dan mengkomunikasikan (communicating). Menduga merupakan mengumpulkan pendapat atau perkiraan berdasarkan bukti-bukti. Dugaan akan mengembangkan hipotesa, mengintepretasikan data dan mengidentifikasi pola-pola, hal-hal umum yang mungkin terjadi, dan kecenderungan tertentu. Dari pola, generalisasi dan kecenderungan tersebut anak usia dini akan memaknai dunia.
Di dalam melakukan proses berpikir ilmiah, anak perlu belajar memahami fenomena, menjawab pertanyaan, mengembangkan teori, menemukan informasi yang lebih banyak tentang sesuatu dan mempertanyakan kesimpulan yang diperoleh oleh anak lain. Ketika anak sedang bermain dengan bahan-bahan yang ada di lingkungannya, anak mendapatkan fakta-fakta dan informasi-informasi tentang dunianya. Fakta dan informasi ini bukanlah fokus pertama dari sains. Anak harus bergerak terus sehingga anak tidak hanya menemukan fakta dan informasi tetapi mengetahui bagaimana menggunakan fakta-fakta itu untuk berpikir, beralasan dan memecahkan masalah. Misalnya saja, seorang guru bermain es batu dengan anak usia 5 tahun. Anak akan memegang es batu itu di dalam air hangat dan mengamati es itu akan mencair. Anak juga akan melihat ketika langsung berada di bawah terik sinar matahari es batu akan lebih cepat mencair. Dari pengalaman tersebut anak telah belajar sesuatu proses berpikir, memiliki alasan dan pengalaman tersebut dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Saat anak memegang es batu di tangan, guru dapat bertanya,”Wah, lihat.... tangan, air hangat, dan matahari bisa membuat es mencair. Bagaimana bisa seperti itu ?” Dengan pertanyaan semacam itu, guru sedang mengajak eksplorasi anak melebihi fakta yang ada. Artinya, guru sedang mengajak anak berpikir dan memecahkan masalah.
Anak perlu menggabungkan fakta-fakta bersama dan mengetahui jawaban sebab akibat. Mengajarkan kepada anak tentang fakta berbeda dengan mengajarkan anak bagaimana menggunakan fakta untuk berpikir, beralasan dan memecahkan masalah. Perhatikan perbedaan dari pertanyaan-pertanyaan,’ Apakah kedua binatang ini mirip? Mengapa? atau mengapa tidak?” dan ”Apakah kura-kura memiliki kulit yang keras?”. Pertanyaan-pertanyaan dapat mengarahkan pada pembelajaran tentang fakta dan informasi atau dapat pula digunakan untuk mengangkat pemikiran dan alasan.
Dalam pembelajaran sains, anak akan banyak bereksplorasi dan bereksperimen dengan lingkungan dan berbagai bahan-bahan. Pendidik perlu memperhatikan dan menjaga anak agar tidak terjadi hal-hal yang berbahaya. Berikut ini beberapa pedoman yang dapat dijadikan tuntunan untuk menjaga keamanan anak seperti; memberikan contoh dan mendorong anak untuk memiliki kebiasan berperilaku aman sedini mungkin, mengajarkan anak peraturan-peraturan penting, misalnya: ”Tidak mencicipi makanan atau barang apapun yang akan digunakan kecuali mendapatkan ijin dari guru”, mengajarkan anak bahwa benda-benda asing hanya boleh dipegang jika mendapatkan ijin dari pendidik, anak tidak berkeliling kelas selama kegiatan sains berlangsung, menggunakan wadah logam atau plastik jika memungkinkan, menghindari pemakaian benda-benda/wadah-wadah dari kaca. Jika terpaksa harus menggunakan, maka anak harus berada dalam pengawasan pendidik, semua bahan-bahan kimia, meskipun hanya cuka, baking soda dan gliserin harus digunakan dengan hati-hati, mengajarkan anak untuk menghargai semua bahan-bahan. Semua bahan baru harus dikenalkan pada anak sehingga anak mengetahui cara menggunakannya, dalam semua kegiatan pendidik perlu memperkirakan apakah bahan-bahan tersebut aman dan sesuai bagi anak misalnya untuk kegiatan mencicipi tidak menggunakan sesuatu yang pekat/murni seperti jus jeruk murni atau bubuk kopi murni dan sebaiknya tidak mengijinkan anak membau bubuk bedak bayi dalam wadah yang terbuka, menjaga kebersihan dan kesehatan sehingga setiap anak perlu mendapatkan sendok masing-masing untuk mencicipi rasa benda-benda tertentu. Sebaiknya tidak menggunakan satu sendok untuk dipakai bersama-sama, terakhir perlu tetap waspada dan cepat tanggap mengantisipasi dalam menghadapi bahaya-bahaya yang mungkin muncul sewaktu-waktu.
Dalam mendampingi dan memfasilitasi anak usia dini belajar sains, pendidik perlu memikirkan beberapa hal: Pertama, apakah kita mengembangkan dan menunjukkan sikap menghargai makhluk hidup? Kedua, apakah pengalaman sains kita menekankan pada ketrampilan proses? Misalnya mengamati, mengelompokkan, membandingkan, mengurutkan, meramalkan, mengkomunikasikan, mencoba, menduga. Ketiga, apakah kegiatan sains kita masuk dalam kurikulum dan terintegrasi dengan area-area pembelajaran yang lain? Keempat, apakah kita memberikan kesempatan dan bahan-bahan yang mendorong tiap anak untuk memanipulasi, mengeksplorasi, dan mengamati dengan menggunakan seluruh panca indra anak? Misalnya: Apa yang kamu lihat?, Apa yang kamu dengar?, Seperti apa bentuknya?, Apa yang dapat kamu bau?, Seperti apa rasanya?, apa saja yang kamu ingin ketahui dari benda itu? Kelima, apakah kita mendorong pemikiran induktif dan deduktif ketika anak sedang bereksplorasi? Misalnya:
apakah anak menggunakan fakta dan konsep untuk sampai pada kesimpulan umum? apakah anak dapat menduga fakta-fakta dan konsep-konsep khusus yang mendukung prinsip umum?
Berikut ini beberapa kegiaan yang dapat digunakan untuk kegiatan yang menunjang pembelajaran anak usia dini khususnya pembelajaran sains:
1. Piringan berputar
Piringan berupa plastik agak tebal dibentuk melingkar dapat diberi gantungan benda-benda dengan tali di tepi-tepi sekeliling piring. Anak usia 8 - 12 bulan menyenangi mainan semacam ini karena merangsang daya visual anak dalam mengamati benda- benda yang bergerak.
2. Ular kaleng
Kaleng-kaleng bekas dengan ukuran sama diisi dengan biji-bijian dimasukkan ke dalam bekas stocking yang panjang. Kaleng dimasukkan dalam stocking secara berselang-seling dengan potongan kertas (kawul). Jadi susunannya berupa kaleng – kawul – kaleng – kawul dst. Anak senang menekan-nekan permukaan kaleng yang keras kemudian kawul yang lunak dan membunyikan kaleng- kaleng itu.
3. Mainan dari kertas daur ulang
Dari bahan bubur kertas di atas, dapat diolah menjadi bentuk-bentuk lain seperti boneka, buah, binatang, dll. Bubur kertas tadi diperas sampai kering kemudian dicampur dengan lem dan dibentuk sesuai keinginan. Boneka beruang di atas di dalamnya berisi botol minuman yakult yang sudah tidak terpakai dan diisi dengan biji-bijian, kemudian dibungkus bubur kertas. Setelah kering dapat dicat atau ditaburi dengan serbuk-serbuk tertentu. Bubur kertas ini bisa juga dilapiskan pada daun, maka kita akan mendapatkan tekstur tulang daun setelah daun kita pisahkan dari bubur kertas tersebut seperti gambar di bawah ini.
Kegiatan pembelajaran yang lain untuk mendukung sains seperti; meniup air berwarna lalu ditaruh kertas di atasnya, es batu dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi air penuh untuk melihat apakah airnya tumpah, membuat mentega dari susu cream cair, mencampur tepung jagung dengan tapioka dan gandum untuk melihat campuran-campuran itu padat atau cair atau bagaimana jika diberi sedikit air perubahan apa yang terjadi? Mengenalkan sains sejak usia dini untuk menumbuhkan kesadaran terhadap lingkungan sangat penting untuk ditumbuhkan dan dikembangkan oleh tenaga pendidik sehingga anak akan terus memiliki rasa ingin tahu dan mengeskplor lingkungannya. Sifat ingin tahu merupakan dasar bagi anak untuk berpikir ilmiah. Guru sebagai fasilitator dan stimulator dapat memberikan pendampingan bagi anak sehingga terjadi pembelajaran sains yang optimal.
===============================================================
SUMBER :
- Modul Pembelajaran Sains NEST, http://www.bpplsp-reg-1.go.id/buletin/read.php?id=84&dir=6&idStatus=0


Tidak ada komentar:

Posting Komentar